Peran wanita dalam pembangunan bangsa dan negara sangatlah penting, bahkan di era digital ini perannya sangatlah luas dan strategis. Maka tak salah bahwa wanita sering disebut sebagai “ras terkuat” di muka bumi. Ini memang bukan dalam arti biologis, tetapi karena memang ketangguhan, ketahanan, dan perannya yang luar biasa dalam kehidupan. Wanita memiliki ketahanan luar biasa dalam menghadapi tantangan fisik, seperti melahirkan yang memang sudah menjadi kodratnya sebagai wanita dan termasuk merawat anak. Mental mereka sering kali lebih tangguh dalam menghadapi tekanan sosial, emosional, dan ekonomi.
Wanita telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang hebat, baik dalam politik, bisnis, pendidikan, maupun komunitas. Contoh tokoh seperti Khadijah, ‘Aisyah, Malala Yousafzai, Margaret Thatcher, Retno Marsudi dan Sri Mulyani menunjukkan kekuatan kepemimpinan dan peran wanita. Tentunya masih banyak lagi wanita-wanita hebat lainnya.
Wanita berperan dalam pergerakan sosial, seperti dalam perjuangan hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan pendidikan. Wanita juga sering menjadi garda terdepan dalam mengatasi isu-isu global seperti lingkungan dan kemanusiaan.
Wanita cepat beradaptasi dengan teknologi dan memanfaatkannya untuk bisnis, pendidikan, dan gerakan sosial. Banyak wanita sukses di industri digital, seperti startup, e-commerce, content creator hingga influencer yang berpengaruh.
Wanita sering menjadi sosok yang menjaga penyeimbang dalam keluarga dan membentuk generasi masa depan. Peran wanita dalam mendidik dan membimbing anak-anak sangat krusial untuk kemajuan bangsa. Sehingga tampak nyatalah ungkapan “wanita adalah ras terkuat” mencerminkan realitas bahwa wanita memiliki daya juang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan.
Wanita dapat berperan sebagai pemimpin dalam berbagai sektor, termasuk pemerintahan, bisnis, dan organisasi sosial. Keberadaan wanita dalam posisi kepemimpinan membawa perspektif yang lebih inklusif dan inovatif dalam pembangunan.
Wanita juga dapat berkontribusi dalam ekonomi kreatif melalui platform digital seperti marketplace dan media sosial.
Sebagai pendidik, wanita dapat berperan dalam meningkatkan literasi digital di keluarga dan komunitas. Wanita yang memiliki keterampilan digital dapat membimbing generasi muda dalam memanfaatkan teknologi secara positif.
Wanita dapat menjadi inovator dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika. Keberagaman dalam industri teknologi meningkatkan inovasi dan solusi yang lebih inklusif.
Wanita dapat berperan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak di era digital, termasuk melawan kekerasan berbasis gender online. Kampanye digital dan advokasi dapat mempercepat kesadaran dan perubahan kebijakan.
Sebagai ibu dan figur dalam keluarga, wanita berperan dalam menanamkan nilai-nilai positif dalam penggunaan teknologi kepada anak-anak.
Wanita juga berkontribusi dalam membangun komunitas yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan sosial.
Dengan memanfaatkan media digital, wanita dapat menggerakkan kampanye sosial, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Partisipasi aktif dalam gerakan sosial dapat membawa perubahan yang lebih cepat dan luas. Dengan akses yang lebih baik terhadap teknologi dan pendidikan, wanita memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa di era digital.
Betapa besarnya peran wanita, sehingga kedudukannya sangat terhormat dan dimuliakan dalam Islam. Dengan hadirnya Islam di tengah-tengah Bangsa Arab Makah di zaman jahiliah sekitar 14 abad yang lalu, Islam mengangkat harkat martabat kaum wanita yang semula direndahkan bahkan dianggap sebagai simbol kehinaan. Di masa itu, manakala terlahir seorang bayi perempuan, serta merta memerah wajah sang ayahnya karena merasa malu dan terhina, lalu dikuburnya hidup-hidup bayi perempuan tersebut. Inilah masa kebodohan, masa di mana manusia tidak menghargai kehadiran wanita. Sehingga keberadaannya tidak dimuliakan. Padahal manusia yang cerdas dan normal tentu akan membutuhkan peran wanita dalam berbagai bidang kehidupan. Dunia hampa tanpa kehadiran wanita. Bukan begitu?.
Maka untuk memaksimalkan peran wanita di era digital saat ini. Penting adanya edukasi dan advokasi untuk para wanita, seperti menggiatkan berbagai seminar dan kajian-kajian gender dengan memanfaatkan berbagai flatform media digital. Wanita harus diedukasi agar jangan hanya sekadar menjadi konsumen media digital, bahkan tidak sedikit wanita yang jadi korban eksploitasi seksual. Nah, itulah tantangannya. Wanita kerap kali dijadikan objek eksploitasi, namun tidak sedikit yang tidak menyadarinya karena terbuai berbagai iming-iming materi yang membutakan dan godaan syahwat duniawi lainnya sehingga rela menjerumuskan diri dalam pergaulan bebas yang itu semua justru manjadikan wanita terjerumus ke dalam jurang kehinaan dan direndahkan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Wanita kerapkali menjadi korban pelecehan seksual dan kejahatan lainnya, karena dianggap lemah dan tidak berdaya. Maka, wanita wajib berdaya dengan bekal keilmuan dan wawasan yang memadai yang menunjang kehidupannya di tengah kancah arus pergaulan dunia global di era digital ini.
Bagaimana wanita mampu menjadi agen perubahan dalam pembangunan bangsa dan negara? Untuk itu, maka kehadiran negara sangat penting dalam memberikan payung hukum dan ruang-ruang publik yang luas dan merata di semua lini. Menghilangkan diskriminasi gender menjadi sebuah keniscayaan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu dengan tidak mengabaikan kodratnya sebagai seorang wanita yang harus hamil, melahirkan dan menyusui anaknya. Itu lah peran yang tidak mungkin tergantikan oleh seorang laki-laki. Inilah keistimewaannya wanita dibandingkan laki-laki.
Penulis: Asep Saepudin (Direktur PKGP3A Visi Nusantara Maju)