Bogor, Visinews.net – Lembaga Studi Yayasan Visi Nusantara (LS-VINUS) Maju melanjutkan seri diskusi dengan forum yang dinamakan Tadarus Kebangsaan.
Tema yang diangkat dalam diskusi kali ini adalah “Laju Revolusi Sains Dunia dan Dampak Sosial-Politik Terhadap Indonesia”. Acara ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting pada Rabu (13/5).
Dua orang narasumber yang memantik diskusi adalah Daniel Zuchron (Peneliti Senior Sindikasi Pemilu & Demokrasi) dan Ramdan Nugraha (Direktur Eksekutif Lembagas Studi Visi Nusantara).
Dalam paparan pertama, Ramdan Nugraha mengawalinya diskusi dengan menjelaskan munculnya sains modern yang berkembang sampai hari ini yang ditandai dengan semakin banyaknya produk teknologi yang diciptakan.
“Teknologi sudah banyak membantu manusia dalam aktivitasnya. Salah satunya dengan adanya Artificial Intellegent (AI) yang bisa kita lihat pada Google Maps. Tapi kemudian manusia semakin bergantung pada teknologi/AI itu sendiri”, tutur Ramdan.
Lebih jauh, Ramdan juga menyatakan, bahwa banyak media menyuguhkan beragam informasi yang sudah bias aktualitasnya. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan tsunami informasi dengan kualitas literasi sekelompok masyarakat tertentu yang bertransisi dari komunikasi manual tradisional ke modern digital.
Selain itu, Ramdan juga memaparkan adanya dampak yang tidak baik dari revolusi sains dan teknologi yakni kerusakan ekologis yg sangat besar yang berdampak tidak hanya kepada masyarakat karena ditutupnya lahan usaha mereka, juga mempengaruhi kondisi iklim yang berubah seiring hilangnya lahan hijau dan tercemarnya lautan.
Dalam penutup materi, Ramdan menyimpulkan bahwa manusia hari ini dihadapkan pada dua pilihan, apakah akan terus mendorong perkembangan sains dengan membiarkan kerusakan ekologis global sampai nanti ada generasi saintis yang bertanggungjawab, atau melakukan pembatasan namun dengan konsekuensi pelambatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat secara universal.
Dalam kesempatan yang sama, Daniel Zuchron membawa dialektika diskusi menjadi semakin kritis.
Daniel mengungkapkan bahwa pada masa awal, sains hanya berevolusi mengikuti budaya yang diciptakan masyarakat sesuai konteks sosial pada masanya.
Namun ketika revolusi industri dimulai, sains menjelma menjadi mesin-mesin yang mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Disini, Daniel melihat tumbuhnya kapitalisme yang semakin kuat bahkan sampai hari ini.
Sains dan teknologi yang bersifat netral ini, akhirnya dipaksa oleh kapitalisme untuk melayani secara total kebutuhan kelompok-kelompok kecil namun powerful untuk kemudian memonopoli pasar ekonomi.
Dari kondisi ini, akhirnya terjadi ketimpangan sosial yang begitu kentara. Terciptanya masyarakat borjuis dan masyarakat miskin.
“Kalau dilihat, kartu pra-kerja di Indonesia sebetulnya ada unsur kapitalismenya, dan masyarakat juga sebenarnya bisa belajar melalui banyak website gratis tanpa harus bayar”, tegas Daniel.
Forum ini diakhiri dengan epilog dari Yusfitriadi, Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju yang mengapresiasi seri diskusi Tadarus Kebangsaan ini.
“Diskusi ini sangat menarik dan memberi warna baru dari diskusi-diskusi sebelumnya. Kedepan, kita harus bisa mewadahi ruang ide dan gagasan para milenial dan aktivis sosial yang memiliki diskursus untuk menjadi sebuah gerakan praksis yang menyentuh masyarakat secara langsung”, tutup Yus. (NG/Visinews.net)