Oleh: Asep Saepudin (Anggota KPAD Kabupaten Bogor)
Senin 15 Maret 2021 merupakan hari pertama diberlakukan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk semua jenjang pendidikan yang memenuhi syarat standar kesehatan Covid-19 di Kabupaten Bogor.
Sebagaimana diberitakan di berbagai media, tercatat sebanyak 170 sekolah diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka, sekalipun masih dalam tataran uji coba. Ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 443/202/KptsPer-UU/2021.
Tentunya, keputusan ini sudah dipertimbangkan dengan matang. Baik dari sisi positif maupun negatifnya oleh Pemerintah Daerah sehingga tidak diputuskan begitu saja karena menyangkut nasib ribuan anak bangsa di Bumi Tegar Beriman ini.
Untuk itu, saya mengapresiasi Pemerintah Daerah beserta Tim Gugus Tugasnya atas kerja keras selama ini dalam mengendalikan dan penanganan Covid-19 di Kabupaten Bogor ini.
Namun sebagai masukan, saya berpandangan bahwa sebaiknya keputusan ini dipertimbangkan kembali, sekalipun ini baru uji coba. Jangan sampai mengambil resiko. Sekalipun sangat dilematis karena kita ketahui bersama bahwa penularan Covid-19 sangat cepat dan sulit diantisipasi.
Saya mengambil contoh kasus klaster baru yang terjadi di Tasikmalaya, tepatnya di salah satu sekolah di Kecamatan Tamansari. Sebagaimana yang diberitakan KOMPAS.com (15/3), bermula dari seorang guru yang tetap memaksakan diri masuk ke sekolah meski sudah merasakan gejala batuk, pilek dan demam, akhirnya sebanyak 20 orang dinyatakan positif Covid-19.Termasuk di dalamnya ada kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan dua orang siswa.
Kejadian tersebut tentu patut jadi perhatian dan peringatan untuk kita semua. Terlebih ini menyangkut nasib anak. Jangan sampai anak-anak jadi korban atas kebijakan uji coba tersebut.
Hal ini tentu demi kepentingan terbaik anak, sebagai generasi penerus dan pelangsung cita-cita perjuangan bangsa di masa yang akan datang.
Mungkin banyak orang yang terpapar, tetapi tidak terlihat gejalanya yangvkerap disebut OTG (Orang Tanpa Gejala). Secara fisik terlihat sehat dan biasa-biasa saja, sehingga yang bersangkutan tidak pernah berpikir untuk melakukan tes swab. Bahkan mungkin enggan untuk diperiksa karena merasa sehat atau alasan lain.
Maka dari itu, kampanye penyadaran kepada masyrakat akan bahaya penularan Covid-19 ini harus semakin gencar dilakukan. Tentu ini menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat secara luas.
Proses vaksinasi sedang berjalan secara bertahap dan ini tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga membutuhkan kesabaran dan kasadaran yang ekstra.
Untuk itu, alangkah baiknya pemberlakuan uji coba pembelajaran tatap muka pun menunggu sampai proses vaksinasi ini tuntas.
Selakipun di sisi lain, banyak desakan dan pertimbangan dengan beragam alasan agar segera membuka sekolah. Seperti banyak orang tua siswa yang sudah kewalahan dan bahkan mungkin stres menghadapi anaknya belajar di rumah.
Sebenarnya ini cukup menarik, jika mau berpikir positif. Bisa dibayangkan, mendidik satu atau dua orang anak saja orang tua kerepotan, apalagi mendidik anak satu kelas.
Di sinilah orang tua diuji untuk membagi waktu dan berbagi peran dengan penuh kesabaran. Mari kita berperan aktif untuk mencegah penularan yang lebih luas lagi.
Ingat, pandemi ini belum berakhir!
Tetaplah waspada, menahan diri. Kuatkan iman dan imunsampai Covid-19 benar-benar tuntas teratasi.