BOGOR, VISINEWS.NET – Kita sama-sama memahami,saat ini pemerintah sedang gamang memikirkan carut-marut kondisi pendidikan nasional kita. Di Era Pandemi Covid-19 ini memang pemerintah memberi saran agar pembelajaran tetap dirumah saja dan menggunakan pembelajaran jarak jauh ( daring) terutama di wilayah zona merah yang terkena pandemi Covid -19. Namun pada kenyataannya para stakeholder pendidikan kita belum sepenuhnya beradaptasi dengan model pembelajaran jarak jauh yang sudah dilakukan beberapa bulan ini.Kita tidak dapat mengelak bahwa kita masih bergantung pada sistem belajar-mengajar face to face hingga saat ini.
Tentunya bukan ingin berkeluh kesah,namun tidak dapat dipungkiri salah satu faktor yang memberatkan pembelajaran jarak jauh adalah kuota internet. Selain itu,banyak hal-hal teknis yang menjadi kendala dalam sistem Long Distance Electronic Learning ini. Terutama ketidak merataan jaringan, keterjangkauan wilayah atau tingkat sosial ekonomi peserta didik yang berbeda-beda.
Perbedaan tingkat sosial dalam masyarakat ini membuat beberapa pihak merasa sangat tertekan dengan sistem pembelajaran online.Masyarakat menengah-bawah akan merasakan sekali dampak pembelajaran jarak jauh ini.Seperti yang di sampaikan oleh salah satu ibu 3 anak didepok,Jawa barat.
“Saya harus menyisihkan uang hasil jualan saya untuk beli kuota anak saya yang masih SMP.Uang saku yang seharusnya sepuluh ribu sekarang mendadak jadi duapuluh lima ribu”.Ucap ANI pedagang es kelapa di Depok (08/09/2020).
Selain orang tua ternyata masih banyak siswa yang merasa daring uang saku mereka beralih menjadi kebutuhan pembelajaran.
“Biasanya kuota 10 GB bisa dipakai Satu bulan tapi sekarang aku bisa ngabisin 30 GB per bulan”.Ucap salah satu pelajar menengah pertama, Adelia (08/09/2020).
Ditengahpandemi covid-19 seperti sekarang, dimana hampir semua sektor ekonomi mengalami dampak yang signifikan dan mengharuskan mereka lebih kreatif dalam menciptakan peluang-peluang baru yang dapat menunjang kebutuhan pembelajaran mereka.