Visinews – Lembaga Studi Visi Nusantara Maju menyelenggarakan serial diskusi dengan nama Tadarus Kebangsaan. Acara ini dibagi kedalam beberapa online meeting dengan tema yang berbeda tiap pertemuannya.
Di pertemuan pertama sore ini (04/05/2020), tema yang diangkat sebagai bahan diskusi adalah “Demokrasi Sebagai Kesepakatan Bersama Para Pendiri Bangsa”. Adapun narasumber yang memberi paparan materi diskusi adalah Toto Sugiarto yang merupakan aktivis demokrasi nasional yang juga mengajar filsafat di perguruan tinggi di Jakarta.
Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Toto adalah tentang fondasi dasar demokrasi yang dicita-citakan oleh Bung Karno yakni Demokrasi Sosial yang memiliki tujuan tidak hanya memberi kebebasan dan hak kepada warga negara, namun juga menguatkan ekonomi kerakyatan sekaligus.
Pergeseran praktik demokrasi Indonesia yang saat ini memperlihatkan dengan gamblang sebuah praktik demokrasi liberal, disebabkan banyak elite dan kalangan telah melupakan cita-cita mendasar para pendiri bangsa untuk tidak hanya memerdekakan negara, namun juga bangsa sampai pada kemerdekaan finansial masyarakatnya.
Hal ini erat kaitannya dengan kondisi Indonesia di tengah pandemic covid-19 yang benar-benar memperlihatkan potensi ambruknya ekonomi nasional yang akan langsung berdampak terutama pada kelompok rakyat kecil.
Kondisi ini tidak mampu dijawab oleh sebuah sistem demokrasi yang saat ini dijalankan oleh negara. Ada ketimpangan-ketimpangan yang kentara antara kelompok elit dan kelompok rakyat miskin. Sehingga potret demokrasi liberal ini semakin jauh dari maksud dan tujuan cita-cita implementasi demokrasi sosial yang seharusnya bisa mengatasi bencana sosial yang dihadapi rakyat terutama berkaitan pada kekuatan ekonominya.
Hal lain yang menurut Toto memiliki peran atas biasnya penerapan demokrasi di Indonesia adalah tidak harmonisnya tiga unsur utama yang semestinya menjadi pondasi kuat demokrasi yakni pemerintah, kelompok pemilik pasar, dan masyarakat sipil.
Dengan kondisi hari ini, demokrasi sosial yang notabene hasil pemikiran serius para pendiri bangsa dengan berbagai pertimbangan keberagaman rakyatnya, harus direlakan begitu saja terkubur oleh sejarah yang boleh jadi generasi muda tidak akan sempat menggalinya lagi. (vinus/pd)