LEUWISADENG – Muhammad Fauzan Nursyabani adalah seorang anak muda kelahiran 1998 yang beralamat di Jl. Raya Sadeng, RT 01/01, Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Fauzan sapaannya setelah lulus sekolah SMA, beliau melanjutkan kursus TATA BOGA di Serpong, Tangerang. Kerja sama dengan Dompet Dhuafa setelah mendapat sertifikat pendidikan, selama tiga bulan beliau melanjutkan kursus servis handphone di tempat yang sama. Setelah lulus kursus ke dua nya, beliau melanjutkan kerja di salah satu home industri brownies di daerah Sadeng.
Fauzan melamar pekerjaan, keesokan harinya beliau interview dengan managernya dan dikontrak selama 1 tahun dengan catatan selama tiga bulan tidak boleh izin, bahkan sakit.
Lamanya kerja selama sepuluh jam dari pukul 08.00 pagi s.d 18.00. Setelah interview beliau diterima, selama 29 hari beliau kerja tanpa ada rasa lelah dan letih, di hari ke 30 beliau merasa kurang sehat, sehingga beliau izin tidak masuk kerja dan menyuruh kakanya untuk mengganti kan posisi nya, kakanya pun mengikuti sarannya. Ketika tanggal satu bulan berikutnya, beliau meminta haknya segera dibayar. Namun sayangnya, beliau bukannya dapat gaji tapi yang didapat hanya omelan dan cacian, dikarenakan tidak masuk satu hari.
Beberapa hari berikutnya, beliau merasa sakit hati atas perlakuan perusahaan tersebut, tetapi beliau bertekad untuk membuka usaha sendiri, dalam tekad yang optimis “Saya mampu, saya bisa.”
Sebagai modal awal, fauzan menjual handphonenya untuk modal membuat brownies.
Modal awal Rp. 110. 000 dapat membuat brownies lima wadah, ukuran 650 ml. Luar biasanya tiga wadah brownies tadi ia sedekahkan, sedangkan dua lagi ia jual dengan harga Rp.15.000.
Karena dua brownies yang terjual tadi, setidaknya ada uang Rp.30.000 itu hilang di saku celananya. Anak muda ini pun pasrah, bingung.
Akhirnya Fauzan punya keyakinan yang kuat, bahwa ini hanya tantangan saja, ia tetap optimis bahwa brownies akan menjadi besar.
Anak muda kelahiran 1998 ini terpaksa meminjam uang Rp. 50.000 sebagai modal kembali. Setidaknya dapat membuat tiga brownies, semuanya laku terjual, dengan penjualan online, melalui media sosialnya seperti Facebook. Setiap pembelian online ia antarkan ke rumahnya.
Dengan sistem cod, posting, antar ke rumah, lagi dan lagi, di lain waktu keluarganya kurang setuju, dengan usaha beliau dikarenakan tidak ada hasilnya. Tetapi Fauzan masih punya harapan dari bapaknya, karena bapaknya yang terus memberikan support ke fauzan.
Satu bulan berikutnya beliau mencetuskan, kenapa tidak sekalian buat salad buah?
Melihat di Sadeng belum ada yang buka usaha seperti itu. Akhirnya, Fauzan buka lagi resepnya, beliau pelajari dengan serius, bahkan langsung dibuat hari itu juga, ternyata respon customer bagus juga. Maka semakin semangatlah beliau, lalu beliau berfikir home industri ini harus punya nama, maka di buat lah nama “ADHEW SALAD.” karena kebanyakan konsumen mau nya salad.
Setelah beberapa hari, Fauzan mulai tertarik melihat reaksi konsumen, ada yang saranin. kenapa tidak buat pisang krispi, donat dan makanan sehat lainnya?
Beliau pun mengikuti saran konsumen, dibuatlah lima produk, mulai dari brownies lumer, brownies alpukat, pisang krispi, donut, dan juga salad buah.
Selama tiga bulan beliau yang belanja, produksi, posting media sosial, bahkan mengantarkan ke rumahnya, setelah tiga bulan beliau merasa lelah, hasilnya tidak sebanding perjuangannya. Akhirnya Fauzan bermusyawarah dengan keluarga.
Keputusannya yaitu keluarganya pun membagi tugas, kakanya yang belanja, Fauzan yang siap antar ke pelanggan. ke dua orang tuanya yang selalu kasih dukungan moril dan do’a.
Beranjak enam bulan, Fauzan semakin semangat, karena ke dua orang tuanya berangkat ke tanah suci.
Fauzan terus kejar target, pemasaran dengan cara “Sedekah”. Fauzan tidak memikirkan untung. Untung itu nomor terakhir, yang paling utama beliau katakan jangan ada hari yang tidak dipakai sedekah.
Sembilan bulan berlalu, beliau menuangkan idenya kenapa kita gak buat offline, akhirnya beliau kumpulkan seluruh tabungannya, maka di bukalah outlet pertamanya, dengan nama “Adhew Salad” yang berlokasi di jalan raya Sadeng, dua bulan berlangsung konsumen kasih sarannya, kenapa gak buka cabang di Leuwiliang. maka di buatlah cabang Adhew salad yang ke dua di Jl. Leuwiliang berdekatan dengan pom bensin Leuwiliang.
Berjualan dengan sistem online, yang dibarengi dengan sedekah, beliau punya keyakinan kuat dengan sedekah, harta bukannya berkurang tapi malah bertambah.