LEUWILIANG – Program pencegahan stunting berangkat dari yaitu teologi surat Al-Ma’un (Al Qur’an surat ke 107) dalam menumbuhkan kepedulian terhadap problematika kemanusiaan. Juga Al Qur’an surat An-Nisa ayat 9, yang maknanya adalah “Janganlah meninggalkan generasi dalam keadaan lemah”. Lemah disini dapat berarti lemah dalam segi ekonomi, pendidikan, bahkan kesehatan yang menjadi ujung tombak kehidupan.
Sehingga menjadi manusia yang tangguh, dalam menghadapi persaingan menyongsong Indonesia Emas 2045 kelak, Minggu (9/2)
Rumah Gizi Aisyiyah, yang berada di RT 01 RW 01 desa Cibeber 2, mulai dikenal secara luas di tahun 2019. Tetapi sebenarnya, Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Bogor, sudah mulai membina ibu-ibu khususnya di wilayah desa Cibeber 2 dalam hal peningkatan ilmu kesehatan, memberi penyuluhan terhadap ibu hamil, pemberdayaan lahan pekarangan dan pemberian makanan tambahan kepada balita kurang gizi, sudah dimulai sejak tahun 2016 melalui program BSA atau Balai Sakinah Aisyiyah, yang merupakan salah satu bagian dari perwujudan DSQT atau Desa Sehat Qoryah Thoyyibah.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya BSA mendapatkan pinjaman tempat berupa bangunan eks panti asuhan Muhammadiyah dan diberi nama Rumah Gizi Aisyiyah.
Rumah Gizi Aisyiyah, difokuskan kepada program pencegahan stunting, yang merupakan fokus perhatian pemerintah beserta jajarannya secara nasional.
Saat ini, sudah menangani 16 orang anak yang terindikasi stunting dan 2 orang ibu hamil yang kekurangan energi kronik.
Rumah Gizi Aisyiyah dikelola oleh 15 orang kader Aisyiyah, yang merupakan perpanjangan tangan dari Team Desa Sehat Qoryah Thoyyibah (Program Unggulan Aisyiyah).
Rumah Gizi menjalin kerja sama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta (Yasmina Foundation, Forum Masyarakat Madani Kabupaten Bogor dan Forum Kesehatan Ibu & Anak Kabupaten Bogor).
Program yang dilaksanakan meliputi : Pertama Edukasi gizi, pelatihan kader untuk peningkatan ilmu dan keterampilan. Kedua, Pemberian Makanan Tambahan sarat gizi kepada balita terindikasi stunting dan bumil yang kekurangan energi kronik. Ketiga, konseling dan pendampingan gizi, penyuluhan dan bimbingan tentang pola asuh, pola makan dan sanitasi kepada ibu-ibu balita di posyandu dan majelis ta’lim. Keempat, praktik pengolahan makanan bergizi.
Rumah Gizi Aisyiyah, akan melaksanakan program Positif Deviance, yaitu anak akan diberikan makanan bergizi, selama 10 hari berturut-turut dan proses memasak dilaksanakan oleh ibu balita didampingi kader. Kelima, memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber gizi. Edukasi, praktik membuat apotek dan dapur hidup, dan membagikan bibit bumbu dapur (cabe dan tomat) Keenam, Program sanitasi dan lingkungan bersih sehat. Rumah gizi acapkali mengadakan penyuluhan dan pelatihan pengelolaan sampah. Dan menginisiasi serta mengkoordinir adanya arisan jamban. Ketujuh, Pelibatan keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat.
Rumah gizi pada setiap programnya selalu mengjak dan melibatkan tokoh-tokoh disekitar Rumah Gizi. Adapun pendanaan program yang dilaksanakan Rumah Gizi ini, berasal dari swadaya organisasi, dan beberapa donatur seperti IWAPI dan para pengusaha sekitar Bogor.
“Dengan hadirnya Rumah Gizi, saya berharap anak-anak Indonesia, khususnya di desa Cibeber 2 bisa lebih terayomi, dan SDMnya semakin berkualitas menuju generasi emas”, kata ibu Lina Marlina selaku koordinator lapangan Rumah Gizi Aisyiyah.
Sementara itu ibu Dewi Sartika, S.Pd., M.Si. selaku pengurus FKIA Kabupaten Bogor menuturkan bahwa ada 3 cara untuk menurunkan angka stunting pada anak, yaitu merubah perilaku, merubah pola makan dan merubah kebiasaan pada anak-anak. Misalnya memberikan makan pada anak dengan protein yang cukup, tidak membiasakan jajan dan menjaga kebersihan.
Tujuan dari program pencegahan stunting ini ada 3. Pertama, merehabilitasi anak-anak yang terkena stunting. Kedua, mempertahankan agar gizinya selalu baik, ketiga memutus untuk tidak terjadi stunting pada anak. (NG/Visinews.net)