Deskripsi gambar: (Dari kiri ke kanan) Siti Rohmayanti (Kabid. PC IMM Bogor), Yusfitriadi (Direktur DEEP & Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju), Arfiano (Ketua Umum PC IMM Bogor), dan Hanifah (Demisioner Ketua Umum PK IMM IPB).
oleh:
Siti Rohmayanti
(Kabid. IMMawati PC IMM Bogor)
Saya menemukan sosok K.H. Ahmad Dahlan muda pada diri beliau. Meski jam terbangnya sudah banyak dan kemana-mana. Beliau selalu menyempatkan diri untuk mengedukasi kadernya. Perjumpaan saya dengan beliau ini adalah kali ke tiga. Jadi saya sudah merasa tidak asing. Jiwa muda yang selalu beliau kobarkan, semangat memberdayakan sesama, mendidik kader, sudah seperti bagian dari jiwanya. ‘’Jiwa aktivis itu tidak akan pernah mati”, itu kata-kata yang beliau sampaikan ketika kami berdiskusi.
Cukup menarik bagi saya. Karena itu sedikit menyindir saya yang berfikiran untuk berhenti ber IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) dan fokus tugas akhir di dunia perkuliahan. Namun terlalu sombong rasanya, saya yang masih anak bawang tapi sosoan ingin berhenti berjuang di ikatan. Ikatan yang sudah lama berdiri dan sudah lama juga matinya di komisariat saya. Maklum bukan PTM (perguruan tinggi muhammadiyah), jadi sedikit peminat dan sepi perjuangannya heehee, tapi itu bukan alasan sebenarnya. Karena berdakwah bukan hal mudah, tapi harus selalu menggembirakan dan lillah. Asalkan tetap semangat dan istiqamah.
Mandiri ekonomi adalah sesuatu yang penting bagi keberlangsungan kehidupan, meminta minta sumbangan dengan proposal, poster, atau apapun itu bentuknya selalu terlihat kurang elok di pandang. Karena kita tidak bisa memungkiri bahwasannya pergerakan tanpa pendanaan kurang berjalan dengan baik. Ya meski tidak semua pergerakan tidak harus memiliki pendanaan yang banyak, memang terdengar idealis, tapi kita harus realistis juga bukan dengan keadaan hari ini? Di salah satu sekolah di china, setiap anak di sekolah diajarkan untuk menanam pohon cabai di sekolahnya, yang kemudian bisa dipanen dan dijual kepada orang tuanya di rumah.
Sederhana, tapi pendidikan di Indonesia belum mampu menerapkannya, mungkin ada juga yang seperti itu, tapi kurang digaungkan saja pergerakannya. Jadi kurang terlihat dan diketahui orang banyak. Hal besar itu diawali dari hal kecil. Pendidikan yang ditanamkan guru di china juga merupakan pelajaran moral yang mendidik anaknya untuk berusaha menjadi seseorang yang mandiri ekonomi dan tidak meminta minta. Jikalau ekonomi diri sendiri sudah terpenuhi, maka tidak akan berpikir panjang untuk memberi. Amerika adalah salah satu negara yang masyarakatnya mandiri, tanpa pemerintahan pun mereka akan bisa hidup dan tetap menjadi negara yang kuat. Usut punya usut karna mereka negara yang tidak bergantung perekonomiannya pada pemerintah.
Jika Imdonesia mampu untuk mandiri, tidak begantung pada dana pemerintah, (misal tidak bergantung pada dana bos di pendidikan), maka saya pastikan Indonesia pun akan menjadi negara yang tidak kalah kuat dan mandiri seperti halnya Amerika.
Mengutip penggalan film 2 ulama (KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy ‘Ari) dalam film nya mengisahkan suatu ketika KH. Ahmaf Dahlan mengumpulkan warga kauman untuk melelang barang barangnya yang ada di rumah KH. Ahmad Dahaln, karena Muhammadiyah pada saat itu kehabisan uang untuk menggaji guru-guru yang mengajar di madrasah, tanpa berfikir panjang banyak jama’ah yang mengeluarkan uangnya dan tidak mengambil salah satupun barang barang yang ada di rumah KH. Ahmad Dahlan. Dan perjuang KH. Hasyim Asy ‘Ari yang mengorbankan banyak materi untuk mendirikan pesantren di Tebu Ireng. Santri-santri di Tebu Ireng, mereka bercococok tanam dan memelihara ternak, agar keberlangsungan pesantren bisa terus berjalan. KH. Ahmad Dahlan juga memiliki usaha dan memberi lapangan pekerjaan membatik untuk masyarakat kauman. Dari kedua organisasi tersebut kita bisa belajar bahwa ekonomi merupakan hal penting demi keberlangsungan suatu organisasi. Organisasi yang dominan di Indonesia saat ini, Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama.
Sosok yang saya ceritakan di awal adalah Kang Yusfitriadi. Seorang aktivis, akademisi, praktisi, yang sudah melanglang buana ke belahan dunia. “Saya suka politik, tapi saya tidak mau masuk ke partai politik”, mungkin ini salah satu yang membuat beliau bisa mengunjungi banyak Negara. Karena kemampuan pengetahuannya dalam bidang politik. Tapi bukan hanya itu sepertinya, banyak juga amal perbuatan beliau yang bernilai pahala dan kebaikan yang membuat beliau bisa sehebat sekarang ini. Beliau saat ini menjadi direktur DEEP dan Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju.
Yayasan Visi Nusantara Maju merupakan sebuah wadah untuk teman-teman yang ingin berdiskusi hal apapun. Yayasan ini selalu menampung dan selalu siap mewadahi kaula muda untuk menjawab keresahan-keresahan terkait banyak hal. Muda hanya sekali, maka perbanyak karya, perluas jaringan dan selalu semangat beramal.
Fastabiqul Khairat!
Diskusi berlangsung pada hari Ahad 22 Maret 2020