BOGOR, VISINEWS.NET – Pekan lalu, Peneliti dari Institut Teknologi Banding (ITB) mengeluarkan Riset tentang potensi tsunami selatan Jawa mencapai 20 meter terbit di jurnal Nature Scientific Report, Kamis (17/9/2020).
Salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan mengatakan riset ini menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti. Selama ini, sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.
Riset yang dimulai sejak 5 tahun tersebut, mengusulkan pemodelan potensi bencana gempa bumi di zona subduksi di sepanjang selatan Jawa berbasis analisis multi-hazard dan multi-data untuk pengurangan risiko atau mitigasi bencana.
Terkait potensi tsunami dan gempa besar di selatan Jawa, Endra menjelaskan hasil riset itu berasal dari analisis data GPS dan data gempa yang terekam.
“Catatan gempa besar di pulau Jawa tidak terdokumentasikan, oleh karenanya, kami menggunakan GPS untuk mendeteksi potensi gempa yang dapat terjadi,” ungkap Endra.
Berdasarkan data GPS menunjukkan adanya zona sepi gempa. Artinya, bisa jadi zona itu mungkin hanya terjadi pergerakan pelan-pelan, sehingga gempa tidak terjadi, atau sebaliknya terjadi locking, daerah itu terkunci sehingga tidak dapat bergerak.
Berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi ini, menyatakan ternyata wilayah Jawa bagian selatan ada potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.
Selain itu, Sebagai tindak lanjut mengenai potensi tsunami 20 meter yang akan terjadi di selatan Jawa Barat, Kepala Stasiun BMKG Klas I Bandung, Tony Agus Kurniawan akan menggelar Indian Ocean Wave Exercise 20 (IOWave20).
“Sebenarnya ini sudah direncanakan sejak 2019 sebelum ada pandemi, sedianya bakal melibatkan banyak orang di lapangan. Namun, gara-gara ada pandemi Covid-19, acara akan dibikin sebagai geladi ruang. Secara virtual melalui aplikasi zoom,” katanya.
Dalam acara tersebut, akan banyak peneliti dari berbagai negara untuk saling memberikan masyka, bertukar saran sekaligus memberikan simulasi gempa dan tsunami yang pernah terjadi di daerah masing-masing.
Dalam acara tersebut juga melibatkan banyak negara yang berpotensi kena dampak tsunami di Samudera Hindia, termasuk daerah-daerah di Indonesia. BMKG juga akan menguji sistem komunikasi peringatan dini tsunami (InaTEWS/Indonesia Tsunami Early Warning System).
“Kita uji diseminasinya, termasuk dengan media, kita sudah pasang perangkat penerima informasi di stakeholder terkait, BPBD dan lainnya,” katanya.