BOGOR, VISINEWS.NET – Sepotong kisah dari Siti Rohmayanti.
Sore itu suasana bogor diselimuti angin kencang dan gelapnya awan yang menjadi pertanda bahwa langit akan turun hujan. Bukan hal baru bagi kota yang memiliki julukan kota hujan ini. Setiap sore sering sekali turun hujan. Mungkin ini salah satu hal yang akan aku rindukan jikalau sudah meninggalkan bogor.
Jauh jauh hari ibu meminta aku membuatkan ramuan semacam jamu yang terdiri dari rempah-rempah dan beberapa komposisi rahasia untuk bapak. Di akhir perjuangan sebagai aktivis mahasiswa di kabupaten bogor aku bertemu seseorang yang sudah seperti ibu dan bapak ku sendiri. Banyak hal yang sering aku tanyakan pada mereka. Dimulai dari permasalahan akademik, pergerakan bahkan asmara sekalipun. Heehee
Di kabupaten bogor banyak sekali perempuan perempuan hebat. Bagiku ibu adalah salah satunya. figur perempuan hebat di kabupaten bogor yang dapat menepis bias mengenai perempuan. Kajian kajian mengenai peran perempuan sudah di luar kepala, intinya satu “perempuan jika ingin berperan di ranah pablik, maka pastikan ranah domestik nya sudah selesai.” Begitulah kurang lebih.
Tiga hari sebelumnya ibu selalu mengingatkan aku untuk ikut kegiatan “Ngaliwet” atau lebih sering di kenal dengan kegiatan makan-makan, judul besarnya sih makan-makan tapi sebenarnya ada agenda yang cukup besar yang akan kami bahas. Dan aku sebagai anak paling bungsu yang belum memiliki banyak pengalaman masih sering bingung ketika berdiskusi, tapi tak apalah itu bagian dari proses.
Berbicara mengenai proses, banyak sekali orang yang enggan untuk berproses. Entah lupa, tidak tahu caranya atau bahkan tidak mau melewati fase ini. Nasihat bapak sebelum agenda ngaliwet kali ini adalah mengenai proses. Karena dalam setiap proses itu bisa menentukan hasil kita. Dalam berproses kita bisa memiliki kematangan berfikir, kemampuan menentukan pilihan, dan kemampuan untuk bisa stragel ketika mendapat ujian.
Ya meski dalam berproses banyak sekali dialektikanya. Ketika sudah berproses maka kita akan mendapatkan hasil. Hasil itu ada menang dan kalah, tidak mungkin draw (imbang) karena hasil imbang itu hanya ada pada games dan olah raga saja. Selebihnya hasil dari proses itu adalah menang atau kalah. Dalam sebuah kompetisi Jika menang maka mampukah kita menjadi yang terbaik, atau menjadi seorang leader. Mengapa harus menjadi leader? Karena tidak ada kata setengah setengah dalam berjuang.
Ada jeda waktu sebelum prosen Ngaliwet berlangsung. Dan aku menghampiri bapak untuk menanyakan beberapa hal dalam kehidupan. Pertanyaan di buka dengan opini singkatku “pak, menurutku seorang akademisi dinilai dari karya karyanya, jurnal misal atau dari tingkat pendidikannya.nah seorang pengusaha dinilai dari profit yang didapat.” Nah itukan dari yang aku lihat selama ini. Kalau menurut bapak gimana sih?
Dibuka dengan senyuman untuk mengawali jawaban dari pertanyaanku yang bagiku itu pertanyaan penting. Bapak menjawab dengan santay sambil meminum segelas kopi dan jamu buatanku dihadapannya, penilayan terhadap manusia itu ada pada kuantitasnya dan kualitasnya. Kuantitas itu hanya bisa dinilai dengan angka. Angka itu hanya ada dari 1 sampai dengan 10 saja, misalnya dalam bidang akademik. Sedangkan kualitas seseorang itu adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai.
Manusia itu memiliki tiga kecerdasan. Namun bagiku ada empat kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, karena hanya ada di tesisku. Makanya aku sebut ada empat. Yang pertama adalah Intelektual question, yang kedua adalah Spiritual question, yang ketiga adalah emosional question, dan yang keempat adalah adversity question. Begitulah penjelasan singkat bapak.
Aku hanya menganguk ngangguk mendengar penjelasan bapak. Tidak lama dari pembahasan ini. Bapak bilang “setiap orang itu harus punya patron, atau lebih sering dikenal dengan istilah mentor.” Saya juga punya patron, ungkap bapak. “setiap orang boleh ga punya banyak patron?” pertanyaan kembali aku tanyakan. Bapak pun menjawab “boleh lah”.
Adversity question menjadi penting karena setiap orang membutukan kecerdasan untuk menghadapi rintangan atau kesulitan dalam hidup. Apalagi seorang pemimpin, kurang elok jikalau sering mengeluh, menyalahkan keadaan, apalagi sampai berkata kata atau terlihat lemah di hadapan orang-orang yang sedang ia pimpin.
Setiap orang akan selalu di uji dengan banyak hal. Ujian itu datang untuk meningkatkan derajat atau kelas kita. Maka butuh berbagai kecerdasan untuk bisa melewati berbagai macam ujia itu. Tidak ada ujian yang datang melebihi kemampuan yang dimiliki hambanya. Terus berjuang berpropses dan jadi yang terbaik.