Oleh : Ade Nur Cahya
Revitalisasi Pasar Cileungsi yang selesai di tahun 2013 menyisakan kisah yang panjang.
Saat itu, Rachmat Yasin yang menjadi Bupati Bogor ingin pasar Cileungsi dijadikan pasar Tradisional modern. Sebelum revitalisasi ini dilakukan, sudah menimbulkan penolakan pedagang-pedagang. Mereka enggan meninggalkan kiosnya, tempat mereka berjualan.
10 Maret 2011 Pasar Cileungsi terbakar, walaupun tak ada korban jiwa, akan tetapi Kompas melansir kerugian akibat kebakaran itu mencapai Rp 24,75 miliar.
Dari kebakaran itu menghanguskan 25 rumah toko, 312 kios, 142 lapak, dan 25 kios kaki lima. Kerugian yang dialami pedagang pun bervariasi, mulai belasan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah.
Muncul banyak konspirasi dari kejadian kebakaran di pasar Cileungsi tersebut yang dihubungkan dengan rencana revitalisasi pasar. Banyak isu yang berkembang, bahwa pasar sengaja di bakar agar mempermudah jalannya revitalisasi dan pedagang bisa di relokasi di tempat lain.
Gun-Gun, pedagang peraralatan dapur yang kiosnya terbakar mengatakan tiga minggu sebelum terbakar, pegawai pasar menyosialisasikan revitalisasi kepada pedagang. Namun hal tersebut dibantah oleh PD Pasar Tohaga Cahya Vidiadi.
Setelah kejadian itu para pedagang direlokasikan kedekat terminal Cileungsi sampai disekitar Ramahayana dan dibawah Fly Over.
Sudah 8 tahun dari selesai proses revitalisasi pasar, sampai saat ini masih banyak pedagang kaki lima (PKL) yang memenuhi area fly over Cileungsi.
Hal itu membuat kemacetan karena para PKL yang sudah memasuki area jalan raya itu ditambah padatnya pembeli. Hal ini diperparah dengan banyaknya pembeli yang memakirkan kendaraannya dipinggir jalan raya, sehingga menyebabkan lalu lintas disekitar pasar sangat semrawut.
Berdasarkan informasi dari PD pasar Tohaga dan Paguyuban pedagang yang dihimpun oleh Kabarindoraya.com, PKL yang berada di fly over tersebut memang pedagang yang dulunya berasal dari dalam pasar. Lantas muncul pertanyaan.
Apakah PKL di fly over Cileungsi mempengaruhi penjualan pedagang yang memiliki kios resmi di dalam pasar?
Saya mewawancara salah satu penjual pakaian wanita yang bernama Mawar, katanya : “ Pedagang di fly over Cileungsi sama sekali tak berimbas ke pendapatannya. Malah kebanyakan penjual disana belanjanya di kita. Justru penyebab berkurangnya omset penjualan saya, yaitu pandemi covid-19 ini yang mungkin menyebabkan pembeli takut masuk kedalam pasar”.
Ketua Paguyuban Pasar Cileungsi , Ahmad Sanjaya yang juga pedagang pakaian, meminta PKL di fly over Cileungsi ditertibkan.
Saya juga sempat mewawancara salah seorang pengguna jalan yang setiap hari melewati akses fly over Cileungsi untuk berangkat ke tempat kerja nya, Adam Namanya.
Kata Adam, ia selalu mengalami kemacetan akibat semrawutnya jalanan disekitaran fly over Cileungsi diakibatkan beroperasinya PKL disana, “biasanya macet parahnya sekitar jam setengah enam sore, kalau weekend dari jam 5 sudah macet dan sering mencium bau sampah yang menyengat apalagi kalau setelah hujan, harapannya para PKL ini direlokasi ke tempat yang lebih layak lagi”.
PKL di fly over Cileungsi yang kita lihat sampai saat ini adalah implikasi membekas dari revitalisasi pasar, hal ini harus dianalisis secara ilmiah.
Mengapa dampak revitalisasi mengakibatkan banyaknya PKL yang awalnya mereka pedagang yang ada didalam pasar bisa menjadi PKL di bawah fly over Cileungsi selama bertahun-tahun?
Selain itu, peran Pemerintah kabupaten Bogor diharapkan tidak hanya memerintahkan satpol PP untuk mengusir para PKL, tetapi juga mengedukasi dan mencarikan reloasi tempat yang lebih layak.