(Sumber gambar : Kompas.com)
JAKARTA, VISINEWS.NET – Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato pada Sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang digelar Selasa (22/09/2020) waktu New York atau Rabu (23/09/2020) waktu Indonesia.
Jokowi mendapat urutan ke-19 untuk menyampaikan pidato itu. Namun, Jokowi tidak datang secara langsung ke markas PBB di New York untuk menyampaikan pidato tersebut.Hal itu disebabkan saat ini sedang dalam situas pandemi Covid-19. Sehingga, Sidang Majelis Umum PBB juga digelar secara virtual.Jokowi menyampaikan pidato melalui rekaman yang telah direkam sebelumnya.
Dikutip dari Kompas.com, Berikut isi pidato lengkap Presiden:
Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB
Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB
Yang Mulia Para Pemimpin Negara-Negara Anggota PBB
Tahun ini genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia II tidak terulang kembali.
75 tahun yang lalu, PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil dan sejahtera. Karena perang tidak akan menguntungkan siapa pun.
Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggalam.
Pimpinan Sidang yang terhormat.
Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira, jawaban kita sama, belum.
Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan. Prinsip-prinsip piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita semakin besar di saat pandemi Covid-19 ini. Di saat seharusnya kita semua bersatu padu, bekerjasama melawan pandemi, yang justru kita lihat masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.
Padahal, kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win-win pada hubungan antar negara yang saling menguntungkan.
Kita tahu, dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi. Kita juga paham virus ini tidak mengenal batas negara. No one is safe until everyone is.
Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir, pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah, atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil dan sejahtera, semakin sulit diwujudkan.
Yang Mulia,
Tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun. Dan sudah menjadi tekat kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai amanah konstitusi. Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridge builder, sebagai bagian dari solusi.
Secara konsisten komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.
Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia, spirit yang akan selalu menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu negara pun. No one, no country, should be left behind.
Persamaan derajat inilah yang ditekankan oleh Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, Bung Karno, saat Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung. Hingga kini, prinsip Dasa Sila Bandung masih sangat relevan, termasuk penyelesaian perselisihan secara damai, pemajuan kerja sama, dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina untuk mendapatkan hak-haknya.
Di kawasan kami sendiri, bersama negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia terus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, stabil dan sejahtera. Pada hari jadinya yang ke-53, 8 Agustus yang lalu, ASEAN kembali menegaskan komitmennya untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
Spirit kerja sama dan perdamaian inilah yang kemudian didorong Indonesia ke kawasan yang lebih luas, kawasan Indo-Pasifik, melalui ASEAN Outlook Indo-Pacific.
Yang Mulia,
Melihat situasi dunia saat ini, izinkan saya menyampaikan beberapa pemikiran.
Yang pertama, PBB harus senantiasa berbenah diri, melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi.
PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivers, termasuk pada saat terjadinya krisis. PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan tantangan global.
Dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memperkuat PBB, agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif, sejalan dengan tantangan jaman.
PBB bukanlah sekedar sebuah gedung di Kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.
Indonesia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme. Multilateralisme adalah satu-satunya jalan yang dapat memberikan kesetaraan.
Kedua, collective global leadership harus diperkuat.
Kita paham bahwa dalam hubungan antar negara, dalam hubungan internasional, setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Namun jangan lupa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk kontribusi menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.
Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership. Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.
Ketiga, kerja sama dalam penanganan Covid-19 harus kita perkuat, baik dari sisi kesehatan maupun dampak sosial ekonominya.
Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau.
Untuk jangka panjang, tata kelola kesehatan dunia harus lebih diperkuat. Ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia.
Dari sisi ekonomi, reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan global supply chain yang ada saat ini.
Aktivasi ekonomi harus memprioritaskan kesehatan warga dunia, dunia yang sehat, dunia yang produktif, harus menjadi prioritas kita.
Semua itu dapat tercapai jika semua dapat bekerja sama, bekerja sama, dan bekerja sama. Mari kita memperkuat komitmen dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerja sama.
Demikian, terima kasih.
Ini merupakan kali pertama bagi Jokowi menyampaikan pidato di hadapan majelis tersebut sejak menjabat sebagai Presiden. Pada periode sebelumnya, Jokowi selalu mendelegasikan tugas itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla. Namun kali ini, tugas tersebut tidak didelegasikan kepada Wakil Presiden Ma’ruf Amin.