Pada minggu terakhir di bulan Februari 2020, bumi yang usianya semakin tua ini harus rela disirami darah korban dari konflik kemanusiaan yang terjadi di Delhi, India. Kerusuhan berlangsung sejak 23 Februari dan memuncak pada 24 Februari dengan sebuah penyerangan yang dilakukan sekelompok oknum warga India terhadap salah satu warga India lain bernama Muhammad Zubair secara brutal di jalan.
Menurut beberapa sumber berita, motif terjadinya penyerangan terhadap warga India yang beragama Islam, diawali dengan aksi protes kelompok Islam India berkaitan dengan Undang-Undang Citizienship Amendement Bill (CAB) yang sangat merugikan keberadaan muslim di India.
Namun siapa sangka, aksi protes kelompok muslim yang seharusnya menjadi bagian sah dari ruang demokrasi, ternyata dikerdilkan dan dikonfrontasi dengan cara yang anti demokrasi sekaligus anti kemanusiaan oleh oknum-oknum fanatis-separatis yang tidak menghendaki keberagaman dan pluralitas.
Meskipun pemerintah India melalui politisi koalisi di parlemennya telah mengatakan bahwa konflik sudah bisa diatasi dengan mengerahkan militer ke lokasi konflik, namun tidak bisa menjamin bahwa potensi konflik susulan bisa saja terjadi, oleh sebab itu, Lembaga Studi Visi Nusantara (LS-VINUS) dan Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) secara resmi menyatakan sikap sebagai berikut:
- Segala bentuk tindak kekerasan yang merugikan bahkan menelan korban baik individu maupun kelompok, merupakan aksi anti kemanusiaan yang tidak bisa ditolerir dengan alasan apapun
- Nilai-nilai kemanusiaan harus tetap berada di atas nilai-nilai lainnya dalam rangka mencegah fanatisme, eksklusifisme dan sektarianisme antar golongan dan etnis yang berpotensi mendestruksi harmonisasi keragaman sosial
- Pemerintah harus menyuarakan suara keadilan melalui perwakilan Indonesia di India sebagai bentuk advokasi atas korban konflik kemanusiaan di India
- Seluruh masyarakat Indonesia diharapkan tetap jernih dalam membaca literasi media yang beredar, jangan sampai terjebak pada proxy politik kepentingan tertentu yang hanya akan merugikan dan merusak lingkup sosial dan budaya sesama anak bangsa
- Pendidikan demokrasi substansial di semua level masyarakat harus terus diperkuat dalam upaya menerima dan merayakan pluralitas sosial sebagai sebuah fitrah yang tidak bisa diseragamkan namun harus terus dihormati satu dengan yang lain
- Mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya remaja dan pemuda untuk secara sukarela menjadi duta perdamaian di masing-masing wilayah tempat tinggalnya dengan cara menyebarkan nilai-nilai welas asih dalam semua ruang aktivitas sosialnya.
Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan sebagai respon terhadap konflik kemanusiaan yang terjadi di New Delhi, India yang telah menjadi duka kemanusiaan bersama yang harus segera diselesaikan dengan cara-cara yang legal secara hukum dalam upaya mengembalikan kedamaian sosial dan ketenangan hidup warga India secara khusus dan warga dunia secara umum.
DEEP LS-VINUS
Yusfitriadi Ramdan Nugraha