Oleh:
Vaart Early Sumampouw
Pengguna bahasa berhadapan dengan keberadaan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Biasanya, anak pada awalnya akan terpapar pada bahasa ibunya. Bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikenal oleh seorang anak melalui ibunya. Di Indonesia, bahasa ibu dapat berupa bahasa daerah (indigenous language) mengingat bahwa Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa daerah.
Bahasa asing merupakan bahasa yang kaidahnya, kadang-kadang aksaranya, dan konsepnya sama sekali berbeda dari bahasa Indonesia. Berarti, bahasa diajarkan sebagai bahasa yang sama sekali belum dikenal oleh anak. Semua diajarkan: pelafalan, kosakata, tata bahasa, situasi, bahkan cara menulis pun diajarkan untuk bahasa tertentu, seperti bahasa Arab, Jepang, Mandarin, Korea, dan sebagainya.
Di Indonesia, situasi kemampuan berbahasa anak-anak bervariasi. Seorang anak dapat disebut sebagai seorang yang monolingual (menguasai satu bahasa); bilingual (menguasai dua bahasa); atau seorang yang poliglot (menguasai lebih dari dua bahasa). Seorang anak yang dibesarkan di daerah perkotaan, ditambah dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, akan mampu berbahasa Indonesia dan mungkin bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pinggiran kota, mungkin dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, mungkin pula tidak, akan mampu berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pedesaan dan, mungkin, terpencil hanya mampu berbahasa daerah. Keadaan itu menunjukkan bahwa seorang anak sejak dini mampu menjadi seseorang yang poliglot (menguasai banyak bahasa sekaligus).
Penggunaan bahasa asing di media luar ruang terutama difasilitas publik, dinilai sebagai tindakan yang menggerus identitas Bahasa Indonesia. Padahal pengutamaan Bahasa Indonesia tidak boleh digantikan dengan bahasa asing. Di ruang publik juga tidak boleh digunakan bahasa asing, baik bahasa Inggris maupun bahasa asing lain. Hal itu juga berkenaan dengan pemahaman publik. Jika ditulis dalam bahasa asing, publik bisa tidak memahami ruang publik itu, meskipun mungkin ada anggota masyarakat yang dapat memahaminya. Karena kebanyakan masyarakat kita tidak memahami bahasa asing dengan baik, tentu ruang publik berbahasa asing tidak dapat dipahami.
Contoh penggunaan bahasa asing di tempat publik :
1 | Pangkas Rambut | Barbershop |
2 | Penjahit Eropa | Europe Tailor |
3 | Hotel Ibis | Ibis Hotel |
4 | Rehat Kopi | Coffee Break |
5 | Bank Mayapada | Mayapada Bank |
6 | Pusat Bahasa | Language Center |
7 | Kolam Renang | Swimming Pool |
8 | Berbahaya | Danger |
9 | Rumah Sakit Hermina | Hermina Hospital |
10 | Tempat Istirahat | Rest Area |