Oleh: Heni Rustiani, M.Pd. (Komisioner Bidang Pendidikan KPAD Kabupaten Bogor)
Sebagaimana yang diberitakan ANTARA, bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor Jawa Barat, telah memperpanjang masa uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas di tengah pandemi COVID-19.
Hal tersebut dilakukan setelah melalui pengkajian dan pengawasan secara mendalam yang ketat selama pemberlakuan uji coba PTM tahap pertama yang dinilai cukup berhasil.
Pembukaan pembelajaran tatap muka terbatas ini pun sebagai prasyarat dan langkah awal untuk pemberlakuan pembelajaran tatap muka pada Juli mendatang.
Artinya, keberhasilan uji coba PTM ini akan menjadi ukuran dan dasar dibukanya pembelajaran tatap muka secara bertahap dan menyeluruh di tahun pelajaran baru nanti.
Tentu hal tersebut harus diiringi dengan pengawasan yang ekstra ketat dan terukur sesuai atau tidak dengan syarat-syarat yang sudah ditetapkan oleh Satgas Covid-19.
Maka, hal ini menjadi PR bersama, baik pemerintah sebagai pemangku kebijakan, maupun masyarakat secara keseluruhan. Jangan sampai kita terlena oleh keberhasilan saat uji coba PTM tahap pertama kemarin. Karena ada beberapa gejala yang dirasakan oleh sebagian siswa, sekalipun tidak sampai dinyatakan positif Covid-19.
Disamping itu, jangan sampai juga ada indikasi malanggar administrasi dalam meloloskan sekolah untuk mendapatkan izin pembukaan pembelajaran tatap muka.
Saya pribadi sangat yakin bahwa kita semua sudah rindu suasana belajar di dalam kelas. Berkumpul dan bercengkrama dengan kawan-kawan, siswa dengan sesamanya, siswa dengan guru dan segenap warga sekolah.
Kita ingin segera menikmati nyaman dan kondusifnya lingkungan belajar di sekolah. Karena selama pembelajaran daring, siswa dan orang tua merasakan kejenuhan yang luar bisa. Bahkan tidak sedikit sampai pada tingkat depresi, sehingga secara psikologis. Tentu ini sangat tidak baik bagi tumbuh kembang anak.
Belum lagi bahaya game baik online maupun offline, yang kian hari kian marak dan merajalela menjangkiti setiap anak yang luput dari perhatian dan kontrol orang tua. Hal ini turut menambah parah kondisi psikologis anak, bahkan bahaya tontonan yang tidak mendidikpun mengintai setiap saat karena setiap harinya anak tidak lepas dari smartphonenya.
Memasuki tahun kedua wabah Pandemi Covid-19 yang seolah terus memaksa melumpuhkan segenap lini kehidupan manusia sehingga luluh lanta.
Di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini, para siswa sangat terganggu psikologisnya. Sehingga pembukaan pembelajaran tatap muka dirasa sangat penting dan mendesak untuk segera direalisasikan secara menyeluruh.
Sekalipun di sisi lain, kita dihantui ancaman serangan Covid-19 yang belum juga mereda. Maka satu-satunya jalan adalah dengan memaksimalkan penerapan protokol kesehatan. Vaksinasi secara tuntas dan menyeluruh untuk semua warga sekolah, dan tentunya kesadaran kita bersama untuk selalu memperhatikan juga mengingatkan bahwa penerapan protokol tersebut benar-benar dijalankan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan.
Namun di sisi lain, permasalahan anggaran yang sangat terbatas dan belum memadai pun turut menjadi kendala untuk tercapainya pelayanan yang maksimal. Apalagi bagi sekolah-sekolah alit yang berada di pedesaan dan daerah terpencil dengan dana yang sangat minim dan sarana prasarana yang serba terbatas. Tentu ini menjadi permasalahan serius yang perlu mendapatkan porsi perhatian lebih dari pemerintah. Dan lagi-lagi, pemerintah dikabarkan memiliki anggaran yang terbatas pula.
Di kesempatan ini saya ingin mengajak kita semua untuk lebih memperkuat upaya menyelamatkan anak bangsa dengan memberikan layanan Pendidikan dan bimbingan yang maksimal baik itu di rumah maupun di sekolah.
Ditengah wabah global Pandemi Covid-19 ini. Saya yakin dan percaya bahwa semua pendidik di setiap jenjangnya ingin menghadirkan pelayanan pendidikan terbaik bagi anak-anak.
juga tentunya para orangtua di rumah, bmbinglah anak-anak kita agar selalu meyakini bahwa segala yang terjadi tidak lepas dari kehendak Yang Maha Kuasa, agar tidak terjerumus pada tontonan yang tidak mendidik, permainan yang merusak fisik dan psikis serta dapat menghancurkan moral anak-anak kita.
Karena masa depan negeri ini ada di tangan mereka sebagai generasi penerus bangsa yang semoga menjadi generasi emas dimasa mendatang.
Kitalah penentunya saat ini, mau dibentuk dan dijadikan apa anak-anak kita nantinya.