Bogor, visinews.net – Tahapan pendaftaran Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu 2024 tinggal menghitung hari.
Di mana sampai saat ini belum ada perubahan Peraturan KPU yang menunjukan tahapan tersebut dimajukan.
Oleh karena itu, tahapannya masih tetap pada tanggal 19 Oktober sampai 25 November 2023.
Namun, sampai hari ini baru di Koalisi Perubahan yang sudah memiliki pasangan lengkat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, yaitu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Adapun Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDIP dan PPP sampai saat ini belum menentukan pasangannya.
Walaupun jika berkaca pada pemilu sebelumnya PDIP selalu menetapkan Calon Wakil Presidennya last minute, mepet ke waktu pendaftaran yang ditetapkan oleh KPU.
Begitupun dengan Prabowo Subianto di Koalisi Indonesia Maju (KIM) sampai saat ini masih mempertimbangan beberapa nama untuk diambil sebgai calon wakil presidennya Prabowo Subianto.
Pada sisi yang lain, “Bidak Catur” Jokowi semakin berhembus kencang di tengah-tengah masyarakat.
Kaesang misalnya setelah didapuk menjadi Ketua Umum PSI beberapa minggu yang lalu, semakin gencar membangun komnikasi politik dengan berbagai pihak. baik dengan tokoh-tokoh politik maupun dengan berbagai kelompok masyarakat.
Bahkan disebut-sebut PSI akan segera mendeklarasikan dukungannya terhadap Prabowo Subianto. “Bidak Catur” yang lain seperti kaesang, semakin santer disebut-sebut memiliki peluang yang sangat kuat untuk mendampingi Prabowo sebagai Calon Wakil Presiden pada Pemilu 2024 mendatang.
Kendati Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan batas minimal usia calon Presiden dan Wakil Presiden baru akan dibacakan tanggal 16 Oktober 2023.
Namun banyak pihak menerka-nerka bahwa MK akan mengabulkan uji materi tersebut. yang artinya memperbolehkan Calon Presiden dan Wakil Presiden berusia di bawah 40 tahun.
Di sinilah Gibran akan semakin berpotensi kuat mendampingi Prabowo Subianto.
Yang selama ini menjadi pertanyaan besar aktor-aktor politik dan rakyat Indonesia adalah di manakah posisi politik Jokowi?
Selama ini masyarakat melihat pada dua hal, pertama, dalam Prespektif Normatif.
Normatifnya adalah Jokowi sampai saat ini merupakan kader terbaik PDIP dan dalam karier politiknya dari awal kariernya sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta sampai Presiden 2 (dua) periode diusung total oleh PDIP.
Bahkan dalam Rakernas terakhir PDIP, banyak elit PDIP mengusulkan Jokowi memimpin PDIP pasca kepemimpinan Megawati.
Begitupun dalam momentum PDIP mendeklarasikan Ganjar Pranowo Sebagai Calon Presiden, Jokowi berada di tengah-tengah Megawati dan elit politik PDIP lainnya.
Dengan kondisi tersebut, rasa-rasanya tidak mungkin Jokowi meninggalkan PDIP dengan tidak mendukung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2024.
Kedua, Perspektif Politis. banyak pihak menyebut Jokowi adalah mastermind dan King Maker dalam mendesain dinamika politk menjelang Pemilu 2024 mendatang.
Bagaimana tidak, beberapa dinamika politik yang membuat “riuh” disebut-sebut “dalangnya” adalah Jokowi.
Seperti hengkangnya Cak Imin dari Prabowo Subianto yang kemudian bergabung dengan koalisi perubahan sampai dideklarasikan sebagai calon wakil presidennya Anies Baswedan.
Kondisi itu pula yang membuat “sakit hati” yang mendalam Partai Demokrat, sehingga menentukan sikap bergabung dengan koalisi perubahan.
Bergabungnya Partai Golkar dan PAN juga disebut-sebut merupakan “arahan’ Presiden Jokowi.
Padahal PSI sedang mesra-mesranya dengan Prabowo Subianto, dan informasi terakhir disebut-sebut akan segera mendeklarasikan dukungannya terhadap Prabowo Subianto.
Padahal kita sangat paham PSI tidak bisa berkata tidak, jika Jokowi yang perintahkan.
Fenomena politik termutakhir, nama Gibran kembali melesat untuk berpeluang menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo, padahal sampai saat ini Gibran adalah kader PDIP dan diusung menjadi Wali Kota Solo oleh PDIP.
Bahkan, dalam waktu dekat Gibran dan Kaesang bersama akan menhadiri acara rakernas Projo. sedangkan Projo sudah memberikan inisial nama “P” calon presiden yang akan didukungnya.
Dengan berbagai fenomena politik ini, di mana sebenarnya posisi politk Jokowi dalam konteks dukungan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu 2024?
Salah satu jawabannya adalah langkah “bidak catur” Jokowi.
Apa mungkin Prabowo Subianto dalam menentukan pasangannya berhubungan dengan Putusan MK dan berharap MK mengabulkan gugatan batas minimal usia Calon Presiden dan Wakil Presiden, sehingga Gibran yang akan menjadi pasangan Prabowo Subianto mendaftar ke KPU sebagai Calon Prresiden dan Wakil Presiden 2024 yang secara resmi diusung oleh KIM ?
Kalau memang itu yang terjadi, nampaknya clear posioning Jokowi ada di Prabowo Subianto dan meninggalkan Ganjar beserta PDIP.
Terlebih jika “bidak catur” kedua Jokowi yaitu Kaesang, memutuskan PSI mendukung Prabowo Subianto dalam sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2024.
Hal ini semakin mempertegas posisi Jokowi tdak lagi “bermain di dua kaki”, namun sudah full “kakinya” ada di Prabowo.
Namun jika Gibran tidak menjadi calon wakil presidennya Prabowo Subianto, namun Kaesang tetap memutiskan PSI mendukung Prabowo Subianto, maka terlihat jelas Jokowi “bermain di dua kaki”.
Posisi Politik Jokowi bisa disimpulkan full ke Ganjar Pranowo, jika Gibran dan Kaesang berad di garis depan untuk memenangkan Ganjar sebagai Presiden di Pemilu 2024.
Sehingga “2 bidak catur” Jokowi ini yang akan menjawab posisi politik Jokowi yang selama ini menjadi pertanyaan banyak pihak.
Yusfitriadi
Founder Visi Nusantara Maju