Oleh:
Ade Nur Cahya
Saya ketika mengajar di salah satu SMK yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah banyak mendapatkan perbedaan pandangan terhadap rekan-rekan guru yang lain mengenai konsep pendidikan yang dibangun, perbedaan ini saya anggap dinamika di sebuah organisasi modern ini. Saya menawarkan konsep Islamisasi ilmu dari apa yang saya dapatkan dari literatur guru-guru saya. Mungkin terjadi kesalahpahaman di sana tentang apa itu Islamisasi.
Islamisasi dipahami merubah mata pelajaran sesuai dengan mata pelajaran pesantren, maka banyak yang menjawab ” _ini SMK bukan pesantren_”. Maka menurut disini ada kesalahpahaman terhadap konsep Islamisasi.
Islamisasi memang bukan sekedar memberikan label Islam terhadap ilmu. Bukan sekedar mencantumkan kalimat “bismillahirrahmaanirrahiim” di awal tulisan, bukan pula mengganti istilah-istilah asing menjadi istilah Islam –meskipun itu juga merupakan bagian dari proses Islamisasi.
Tapi Islamisasi sains adalah sebuah konsep di mana ilmu yang ada –yaitu yang sekular, dibersihkan terlebih dahulu dari nilai/paham yang bertentangan dengan Islam dan kemudian diisi dengan nilai-nilai Islam di dalamnya. Karena kita bicara pada tataran konsep, maka fokus pembahasan dalam Islamisasi sains menyangkut ranah filosofi, bukan berkaitan dengan produk sains atau teknologi.
Kita harus bisa membedakan antara sains dengan teknologi, sains berbeda dengan teknologi. Sains adalah sekumpulan persepsi tentang fakta. Jadi sains bukan fakta, tapi penjelasan fakta oleh para saintis.
Jadi Islamisasi sains bukan pada produk sains nya tapi pada worldview saintis nya, Sebab pada dasarnya sains berada di dalam diri saintis, bukan terpisah atau di luar diri sang saintis (Dr. Budi Hadrianto).
Di dalam mesin bubut misalnya ada motor penggerak dari energi listrik menjadi energi mekanik untuk menggerakan semua komponen yang ada dan seorang teknisi bisa mengatur kecepatan spindle, mengatur arah pemakanan, mengatur kecepatam, mengatur penguliran, menyalakan dan mematikan mesin menggunakan handle.
Teknisi sekuler akan mempunyai cara pandang bahwa adanya energi yang menggerakan mesin itu berjalan apa adanya tanpa keterlibatan Tuhan, sedangkan cara pandang teknisi muslim harus menggunakan _Islamic worldview_ bahwa Allah yang mencipta energi itu dan yang mengaturnya, karena Allah maha pengasih dan maha penyayang maka ia memberi tahu manusia ukuran-ukuran dan angka hingga terumuskan hukum-hukum nya.
Jadi Islamisasi letaknya ada di paradigma berfikir seorang guru yang akan melahirkan keimanan ketika peserta didik mengetahui ilmu dari guru itu. Ketika peserta didik dapat memahami mesin bubut, las, multimedia, dan arsitektur akan secara otomatis menambah keimanan seorang peserta didik.
Jadi Islamisasi pendidikan adalah mengislamkan cara pandang guru terhadap ilmu yang ia ajarkan ke peserta didik. Dan tidak ada dikhotomi antara ilmu agama dengan ilmu teknik, karena semua ilmu pada dasarnya dari Allah.
Muhammadiyah adalah organisasi dakwah Islam yang dibangun untuk menghadirkan ruh Islam yang sebenar-benarnya, jadi Sekolah Muhammadiyah adalah sekolah Islam, sekolah yang menanamkan pengetahuan Islam kepada peserta didik agar peserta didik menjadi peserta didik yang bertakwa
Wallahu a’lam