BOGOR – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Bogor, menyelenggarakan kemah Ideopolitor Nasional sejak kemarin (14/2). Kemah ini berlangsung sampai tanggal 16 Februari 2020. Kegiatan ini diadakan untuk meneguhkan Ideologi, Berpikir luas tentang politik, dan meningkatkan kapasitas dalam keorganisasian.
Kemah Ideopolitor Nasional merupakan bagian dari pada program kerja, yang memang disebut dengan program pendukung perkaderan. Bertujuan menggembleng kualitas kader IMM itu sendiri dalam ranah ideologi, politik, dan organisasi.
Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan Ideopolitor ini sebanyak 40 orang, dari berbagai daerah seperti Pimpinan Cabang Sidoarjo, Banyumas, Kuningan, hingga Sulawesi dan Pimpinan Cabang lainnya, tak terkecuali internal IMM Bogor.
Ideologi IMM tidak lain yaitu gerakan Muhammadiyah, yang mana Muhammadiyah adalah gerakan yang betul-betul memurnikan dari pemahaman tahayul, bid’ah, khurafat. Sedangkan yang kedua yaitu politik. Bagi IMM, politik adalah aktivitas sehari-hari, tapi juga tidak memasuki ruang-ruang seperti halnya partai yang gerakannya praktis. Ketiga adalah organisasi, IMM merupakan gerakan yang berstruktur organisasi, dari mulai ketua dan bidang-bidangnya, dan Muhammadiyah sangat kental dengan pergerakan organisasi. Dari hal itu, IMM Bogor berupaya pada persoalan bahwa IMM harus meneguhkan pergerakan Ideopolitornya itu sendiri.
“Ideopolitor ini adalah gebrakan langkah bagi organisasi IMM. Selain meneguhkan ideologi, juga menegaskan bahwa politik bukanlah barang kotor, justru dalam keseharian pun kita melaksanakan politik itu. Kalau kita berpikir negatif terhadap politik, maka kita yang masih menjaga idealisnya akan hanya menjadi penonton dari liciknya orang-orang yang berpolitik”, kata Arfiano selaku Ketua Umum PC IMM Bogor.
Sementara itu, Sekertaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat IMM, Robby Karman menuturkan, “Baru pertama kali kegiatan seperti Ideopolitor ini digelar. IMM Bogor mampu memberikan gebrakan bagi gerakan IMM di Indonesia dan di Jawa Barat khususnya. Kita jangan terlalu monoton dalam pergerakan. IMM harus selalu berpikir secara inovatif, yang kemudian menggiring narasi untuk Indonesia berkemajuan”. (NG/Visinews.net)