Oleh:
Siti Rohmayanti
(Kabid. IMMawati PC IMM Bogor)
Tidak ada toleransi untuk perut yang lapar, untuk seseorang yang demam, serta tagihan listrik dan kontrakan setiap bulan. Sudah hampir dua pekan lebih pemerintah menghimbau masyarakat untuk lockdown dan social-distancing demi tidak bertambah banyaknya korban yang berjatuhan karena wabah ini. Dengan hesteg yang sangat terkenalnya yaitu “dirumah aja” terus di sebut sebut di seluruh media informasi.
Pertanyaan yang muncul di benak saya adalah apa kabar petugas parkir rumah makan/rest area pinggir jalan. yang selalu menunggu mobil mobil untuk lewat dan berharap memarkirkan mobilnya di sana, atau yang lebih sering kita lihat adalah petugas parkir di setiap super market kecil seperti alfa dan indomart. Jangankan untuk ber belanja dan berpergian, keluar rumahpun kita merasa tidak aman. Apa kabar juga pedagang kaki lima atau yang sering berkeliling di sekolah sekolah SD. Pemerintah meliburkan sekolah sekolah yang entah kapan akan masuk normal seperti sedia kala. Apa kabar nasib mereka saat ini?
Dalam suatu penggalan video di acara ILC (Indonesia Lawyer Club) terdapan curhatan seorang pengemudi ojol yang mereka bingung. Awalnya seorang bapak itu bingung mau mengatakan apa, mungkin itu kali pertama beliau masuk layar televisi dan di mintai opini, dengan sangat hati hati bapa itu awalnya mengatakan bahwa “sebenarnya bukan kami tidak ingin mengindahkan aturan pemerintah. Bukan kami tidak takut sama corona, tapi jika kami tidak mencari nafkah. Dari mana kami bisa makan?” dari kata kata itu saya sangan tertohok dengan apa yang bapak ojol itu sampaikan. Saya langsung ter ingat ayah saya dan ayah ayah di seluruh dunia. Yang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak dan istrinya. Bapak ojol itu mengingatkan saya kembal bahwa betapa pentingnya bersyukur dan berterimakasih pada jasa seorang ayah sebagai kepala rumah tangga yang selalu ingin memberi yang terbaik untuk keluarganya. Pesan dari bapak ojol itu adalah “kami bukan tidak ingin pemerintah menunda cicilan motor kami, kami juga tidak meminta pemerintah membayar kontrakan kami. Tapi kami minta kepedulian terhadap sesama, coba artis artis atau you tuber yang memiliki banyak pengikut, coba buat gerakan untuk membangun kepedulian kepada sesama. Atau siapapun yang bisa mengajak orang untuk membangun kepedulian silahkan lakukan itu. Jangan pikirkan ria dulu dalam masalah ini, tapi berlomba lomba dalam kebaikan sedang sangat di butuhkan.” Dari situ saya mulai tersadar bahwa hari ini Indonesia butuh lebih banyak lagi orang orang peduli terhadap sesama.
Seorang ibu rumah tangga pun yang kesehariannya menjaga anak anaknya kini bertambah profesinya menjadi seorang pedagang masker,Orang orang pun berbondong bonding membuat hensanitaizer dan menjualnya. Karena hari ini banyak sekali yang mecari kedua barang itu. Namun tidak sedikit yang memakai harga tidak dari biasanya. Masker kain yang biasanya di beri harga lima sampai enam ribu, kini menjadi 15000 per dua buah masker. Dan jika membeli satu buah seharga 8000. Hemat 1000 rupiah jika memberli dua buah. Dan banyak juga yang membuat hensanitaizer dengan menggunakan merek ternama. Agar bisa di jual dengan harga yang sama. Seharusnya tidak seperti itu. Silahkan mengais rizki asalkan tidak memaikan harga dan tidak curang (berbohong) dalam melakukan jual beli.
Mungkin hari ini orang orang yang memilki taraf ekonomi yang baik. Ya bisa di bilang pegawai pemerintahan, pengusaha besar, atau pekerja kantoran tidak perlu banyak kekhawatiran untuk bertahan hidup selama dua atau tiga bulan kedepan. Untuk asupan setiap hari bisa terpenuhi dan untuk kebutuhan bulanan bisa ter cukupi tanpa banyak kekhawatiran. Meski harga saham turun karena masyarakat lebih hati hati dalam ber investasi, pajak sektor perdagangan mengalami penurunan karena berkurangnya transaksi ekspor dan impor. Sektor pariwisata dan industry retail pun ikut mengalami penurunan derastis. Sudahlah kesampingkan dulu masalah itu untuk sementara waktu. memang apa yang dicari? Semua orang hari ini sedang mengalami pandemic karena wabah ini. Maka marilah buat gerakan gerakan kemanusiaan yang membangun kepedulian seperti “gerakan lawan covid-19_2000 Rupiah dari,oleh dan untuk kita semua.” Yang di pelopori oleh beberapa yayasan di kabupaten bogor. Atau mendonasikan sebagian harta nya seperti salah satu pengusaha di karawang, bapak Muhammad Sayegi Dewa yang meyumbangkan uang pribadinya sebesar 1 Miliar untuk penanganan wabah ini, (senin, 30 Maret 2020 kompas.com).