Oleh: Ade Nur Cahya
Sentik dalam istilah Clynes ( Merritt,2003:131) dimaknai sebagai komunikasi emosi. Dalam psikologi umum dikatakan bahwa emosi adalah proses spesifik yang berorientasi untuk merespon perilaku.
Emosi memainkan peranan penting dalam banyak hal, termasuk dalam wilayah musik dan politik. Emosi mengomunikasikan harmoni dan dinamika, serta dapat menjadi rumit jika salah dikelola. Sentik adalah istilah yang diletakkan pada komunikasi emosi. Bentuk dasar dari sentik terdiri dari cinta-benci. Hormat-marah, bahagia, sedih, dan tampilan seksual. Berdasarkan bentuk-bentuk esensial tersebut , baik musik maupun politik berkomunikasi dengan baik. Dengan menerapkan sentik seseorang dapat membentuk dunianya, mewarnai hidupnya, mengubah dirinya, memberi pada yang lain, bahkan mengilhami, memotivasi gagasan, serta menafsirkan bahasa musik dan politik secara proporsional (Azis, 2011:31)
Dinamika politik memainkan emosi manusia yang secara tidak langsung terlibat dalam dampak-dampak politik tersebut. Seniman-seniman memainkan sentik dalam karya seni-nya dalam menghadapi dinamika politik yang terjadi. Pandangan ketidakadilan, perlawanan terhadap rezim penguasa, kesakitan, penindasan yang terekspresikan dalam sebuah seni. Seorang musisi yang peka terhadap dinamika politik yang terjadi, maka ia akan memainkan sentik terhadap kejadian demi kejadian politik tersebut.
Di masa orde baru ketika kebebasan berpendapat dan berekspresi dibatasi dan yang sifatnya mengkritik kekuasaan akan dianggap subversif maka musisi melakukan sentik dengan konsep satire politik. Lagu mampu menyampaikan sebuah pesan sosial secara menarik, dengan kemasan menghibur dan mampu diterima secara lebih general membuat lagu mampu bergerak dalam proses pemberian pesan penyadaran sosial. Kekuatan ini semakin lengkap ketika isu-isu sensitif terutama yang berkaitan dengan kekuasaan dikemas dalam bentuk satir. (Dyan, 1, 2011)
Wherever there’s power, there’s satire to mock it. Wherever there’s satire, the censors it. And where there are cencors, satirist fight ‘em, the battle continues, ad infinitium (Freedman, Leonard.2009). di masa orba kebanyakan musisi melakukan sentik dalam lagu dikemas dalam bentuk satir yang liriknya dibuat seakan kabur dari maksud yang sebenarnya. Seperti pada lirik lagu Dewa 19 yang berjudul “Format Masa Depan”
“permisi kenangan masa lalu
Beri kami jalan kami
Kami hadir bawa inovasi
Jangan rintangi jalan kami”
Lirik itu dibuat pada tahun 1994, yang menceritakan tentang harapan keadaan yang tak mengizinkan kebebasan berpendapat di zaman itu.
Musik adalah stenografi emosi. Emosi yang membiarkan dirinya dengan susah payah diungkapkan dalam bentuk kata-kata dan disampaikan langsung kepada para musisi yang didalamnya terkandung kekuatan dan makna (Tolstoy dalam Merrit, 2003:125). Setelah tahun 1998, era berekspresi mulai terbuka dan itu juga yang membuat para musisi mulai memerankan sentik politik dengan lirik lagu lebih terang dan terbuka. Mereka tak perlu lagi menulis lirik dengan menggunakan satir politik yang maknanya kabur karena mereka bisa secara terang-terangan mengkritik dan mengekspresikan emosinya kepada keadaan politik saat ini. Seorang narapidana bernama Bona Paputungan membuat lirik dan lagu berjudul “Andai Ku Gayus Tambunan”.
Bona yang sebagai narapidana memerankan sentik politik di dalam lagunya yang mengekspresikan kekesalan dia akibat ketidakadilan dalam memberlakukan narapidana. Saat itu ada suatu kasus seorang narapidana kasus korupsi bernama Gayus Tambunan yang mendapat perlakuan spesial karena bisa berpergian ke Bali untuk menonton Tenis.
Fajar Merah, Putra dari Widji Thukul (sastrawan dan aktivis Indonesia yang sampai hilang pada masa Orba dan belum ditemukan sampai saat ini) menyanyikan lagu yang liriknya diambil dari puisi ayahnya yang berjudul “ Bunga Dan Tembok”. Jelas saat ini Fajar Merah bisa mengekspresikan dengan bebas puisi ayahnya lewat lagu tanpa takut dikatakan subveresif.
Sentik di dalam musik dapat mewarnai, memotivasi gagasan dan menafsirkan keadaan politik dengan bahasa yang baru. Yang lebih segar dan mengugah semangat pendengar untuk masuk ke dalam pesan lagu itu. Meski fungsi hiburan dari sebuah lagu sangat dominan, namun sesungguhnya bisa disisipi oleh tujuan lain dari penciptanya termasuk tujuan kritik sosial.