Oleh:
Asep Saepudin, S.Pd.
(Sekretaris PKG-P3A Visi Nusantara Maju)
Kemampuan mengatasi masalah sesungguhnya bergantung pada daya tahan seseorang. Setiap orang memiliki ambang batas stres tersendiri. Ada orang yang secara bawaan stresnya tinggi dan ada juga yang rendah. Karena sejatinya bahwa kehidupan manusia di muka bumi ini tidak akan terlepas dari masalah. Semua itu akan datang silih berganti bak roda kehidupan yang selalu berputar. Kadang orang berada di atas dan terkadang di bawah. Saat berada di atas, sepertinya tak ada masalah. Kita tinggal menikmatinya. Namun, mampukah kita menghadapi beban kehidupan hingga ke titik nadir?
Ada filosofi yang mengakar erat dalam kehidupan seseorang. Orang selalu mengatakan bahwa di balik ujian selalu ada hikmah. Jadi, ambillah hikmahnya, dan jadikan ujian sebagai tangga untuk naik kelas menjadi manusia yang lebih baik. Mungkin filosofi tersebut masih diyakini hingga saat ini dan dipandang relevan oleh sebagian besar manusia. Karena memang realitasnya demikian. Lihat saja ketika ada sahabat kita berhadapan dengan masalah atau bahkan kita yang ditimpa masalah tersebut, bukankan orang selalu saling mengingatkan untuk bersabar dan berkata, “Ingatlah bahwa ada hikmah di balik ujian ini, maka bersabarlah!”
Pun halnya dengan Pandemi Covid-19 yang kita alami saat ini. Jangan lantas menjadikan kita terpuruk dan hancur tak berdaya. Jadikan ini sebagai tangga menuju puncak. Lima bulan sudah kita lalui pandemi ini dengan tertatih-tatih dan penuh kesabaran dalam melewatinya. Alhamdulillah, kita masih bisa bertahan. Hari-harinya kita jalani dengan keriangan bahkan terselip gelak tawa di dalamnya. Walau di sisi lain ada kegalauan dan suasana batin yang berkecamuk, sehingga melahirkan sejumlah tanya, “Kapan wabah ini akan berakhir?”
Lagi-lagi jawabannya, “Sabar, semua ada masanya!” Ya, segala sesuatu yang Tuhan ciptakan di jagad raya ini selalu berpasang-pasangan dan ada masa-masa tertentu yang telah ditetapkan-Nya. Pergantian siang dan malam sebagai pertanda kekuasaan Tuhan. Semua itu sebagai bahan pelajaran untuk kita sebagai hambanya agar senantiasa berfikir dan bersyukur.
Begitu juga dengan wabah Pendemi Covid-19 ini. Kita dihadapkan dengan kecemasan yang luar biasa. Sehingga dengan hikmahnya, hal ini menyadarkan manusia untuk selalu ingat kepada kematian. Bermula dari takut tertular virus, mendorong manusia untuk memproteksi diri dengan selalu membiasakan hidup bersih guna menjaga kesehatan.
Wabah ini pun menjadikan manusia semakin dekat kepada Tuhannya. Setiap saat selalu berdoa memohon perlindungan dari tertularnya penyakit. Mendorong untuk semakin tekun dan khusuk dalam ibadah. Karena manusia sebagi makhluk yang lemah yang tidak memiliki kekuatan sedikit pun selain dari pertolongan Tuhannya. Dialah Allah, Tuhan tempat bergantung. Tempat kita menyembah dan memohon pertolongan.
Jika manusia dipersilahkan untuk memilih, mungkin sebagian kita akan meminta untuk tidak ditimpakan masalah dalam hidupnya. Karena secara naluri manusiawi, siapapun tidak menginginkan terjadi masalah dalam kehidupannya. Namun pada kenyataannya, Allah telah menakdirkan bahwa jalan kehidupan manusia diselingi dengan masalah. Tentu tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Karena semua ini telah menjadikan ketetapan Yang Maha Kuasa. Maka jangan sampai masalah yang menimpa menjadikan kita terpeleset, sehingga berburuk sangka kepada Allah.
Tidak sedikit manusia yang apabila ditimpakan musibah kepadanya bukan malah sadar tapi berburuk sangka kepada Tuhannya. Menganggap Tuhan tidak adil dan tidak pernah mengabulkan doa-doanya. Karena kita tidak tahu apa yang terbaik untuk saat ini. Sebagaimana yang telah Allah firmankan, “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu. Dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahuinya”. (Q.S. Al-Baqoroh: 216).
Manusia diberi masalah sesuai dengan kadar kesanggupannya. Tidak mungkin Allah menimpakan yang lebih dari kesanggupannya. Allah berfirman, “Allah tidak memberikan kesulitan kepada seorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (Q.S. Al-Baqoroh: 286).
Ujian yang hebat hanya untuk orang-orang yang hebat pula. Semua nabi, sahabat-sahabat nabi, dan para ulama, mereka mendapatkan ujian yang hebat dan teramat berat. Begitu juga sebaliknya kita sebagai manusia biasa, tidak mungkin ditimpakan masalah seberat yang dirasakan para nabi, karena kadar kita dibawah mereka. Inilah wujud kemaha adilan Tuhan atas semua makhluknya.
Jadi semua masalah, musibah atau pun ujian lainnya sudah menjadi ketetapan Tuhan sebagi tangga untuk menuju puncak kesuksesan. Atas dasar semua itu, hal ini tidak lantas menjadikan kita pasrah begitu saja. Karena ujian tersebut adalah satu-satunya jalan yang wajib dilewati. Apakah berhasil dengan mulus atau gugur terpuruk, dan itu pilihan. Semua itu Tuhan kembalikan kepada kita. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar-Ra’d: 11).
Hidup ini adalah pilihan. Manusia diberikan pilihan sebebas-bebasnya untuk menentukan jalan hidupnya masing-masing. Namun harus diingat, semua ada konsekuensinya. Maka tanamkanlah keyakinan yang positif untuk selalu memilih jalan terbaik. Yakini bahwa setiap kita mampu melewati setiap masalah yang menimpa, karena itu sudah sesuai kadar kemampuan kita masing-masing. Yakinlah bahwa, kita semua bisa melewati wabah Pandemi Covid-19, meski dengan jatuh bangun dan tertatih-tatih. Sekalipun pada akhirnya Allah takdirkan terkena virus dan meninggal dunia, tentu kita menginginkan berakhir dalam keadaan husnul khotimah. Dan itulah puncak dari kehidupan manusia.