SUMEDANG – 25 kilometer dari pusat kota Sumedang dan sekitar 11 kilometer dari kantor Desa Citengah terdapat sebauh dusun yang menyempil di perbukitan kebun teh. Dusun yang terletak di sebuah desa tanpa aliran listrik PLN ini terdiri dari 21 KK dan sekitar 60 jiwa.
Akses jalan cukup terjal dan berbatu. Apresiasi yang setinggi-tingginya untuk Pemerintah Kabupaten Sumedang yang bulan Agustus ini sudah mulai melakukan pengecoran jalan dari Cisoka ke pusat Desa. Anak-anak harus berjalan kaki selama setengah jam untuk menuju sekolah dasar. Bagi yang ada sedikit uang bisa naik ojek pulang-pergi dua puluh ribu untuk bisa sekolah tanpa jalan kaki.
Ada kesedihan yang mendalam ketika kami mendapatkan informasi bahwa masyarakat tidak mendapatkan akses pendidikan agama. Tidak ada sekolah agama berupa madrasah, tidak ada guru ngaji dan bapak-bapak tidak melaksanakan shalat Jum’at selama 5 tahun.
Apa yang akan kita jawab di pengadilan Allah nanti. Sebagai orang yang (katanya) pemuda islam, gencar dakwah di perkotaan di sekolah di kampus di BUMN sementara mereka yang amat sangat membutuhkan terlantar begitu saja?
Diprakarsai oleh Ust. Helmi Fuzan Rahman dan Ust. M. Nurahman, tergerak hati untuk mengajak beberapa pemuda yang ikhlas berjuang menolong dan menyelamatkan ibadah masyarakat Dusun Cisoka. Alhamdulilah Allah mempertemukan kami pada Agustus 2019. Sebanyak 33 pemuda bersepakat membentuk sebuah komunitas bernama Komunitas Penggerak Dakwah Pelosok Sumedang dengan singkatan Kompass yang bertugas melaksanakan kegaiatan dakwah terutama ke Cisoka dan tidak menutup kemungkinan jika SDM sudah memadai bisa ke daerah-daerah pelosok lainnya. Komunitas ini dipimpin langsung oleh Ust. Helmi Fauzan Rahma dan Sekretaris Umum Ust. M. Nurahman. Program pertama yang baru bisa dilaksanan Kompas mengingat keterbatasan SDM dan biaya yaitu melaksanakn kegitan setiap hari Jum’at dengan bergilir melaksanakan tiga kegiatan yaitu 1). Shalat Jumat, 2) Pengajian Ibu-Ibu, dan 3) Baca Tulis Qur’an (BTQ) untuk anak-anak. Semua kegiatan dilaksanakan mulai pukul 11.30 hingga 16.00 WIB.
Konsepnya setiap Jum’at berangkat 3 orang dengan pembagian tugas 1 orang menjadi khatib Jum’at dan pengajian ibu-ibu, 1 orang BTQ dan 1 orang penanggung jawab operasional selama misi dakwah.
“Selain program di atas, kami juga mendapati tidak adanya Al Qur’an yang layak, buku iqra dn alat tulis untuk mengajar, sehingga di luar kami mengadakan penggalan dana yang dimulai dari anggota Kompas sendiri agar bisa memenuhi segala kebutuhan dakwah”, ujar Agus yang merupakan sekretaris Kompas.
“Mungkin apa yang kami lakukan sangat sederhana, namun kami berharap agar bisa menjadi bagian dari wasiat Rasul yang menitipkan umat kepada para pewarisnya agar berada dalam keselamatan yang hakiki. Tidak ada imbalan yang berharga bagi kami kecuali terlaksana dan tersedianya fasilitas ibadah untuk warga masyarakat Cisoka, anak-anak bisa membaca alquran dengan baik dan benar serta masyarakat bisa terjaga aqidahnya”, tambahnya. (NG/Visinews.net)