Seri 1
Angin segar dunia pendidikan di tengah kegersangan moralitas anak bangsa itu kini mulai berhebus. Apa itu? Ya, program “Tujuh Kebiasaan Baik Anak Indonesia Hebat” ala Mendikdasmen Prof Mu’ti. Tujuh kebiasaan baik yang diluncurkan pada 27 Desember 2024 lalu itu meliputi Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat dan Tidur Cepat.
Program ini bertujuan menanamkan kebiasaan positif pada anak-anak Indonesia sejak dini, guna membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul. Mengapa harus sejak dini? Karena penanaman nilai-nilai yang pundamental tersebut akan mudah diserap dengan baik pada kondisi psikis yang belum banyak terkontaminasi pemikiran-pemikiran buruk dari lingkungan sekitar, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan digital yang kian hari kian mencengkram kuat dalam meracuni otak anak bangsa. Maka kesadaran dan dukungan dari semua pihaklah yang harus menjadi filter bagi tumbuh kembang anak-anak kita. Kesadaran akan pentingnya penanaman nilai positif tersebut harus menjadi kesadaran masal semua elemen bangsa. Sehingga satu sama lain saling mendukung dan menguatkan program Mendikdasmen ini.
Perkembangan arus modern dan digitalisasi adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima dengan daya filter yang kuat. Karena ada dua potensi yang satu sama lain saling berkaitan ibarat dua sisi mata uang, ada potensi positif dan potensi negatif yang saling memengaruhi. Maka kesadaran dan pemahaman masyarakat akan arti penting penanaman nilai-nilai positif tersebutlah yang menjadi kunci keberhasilan terselamatkannya moral anak bangsa, disamping sinergisnya semua perangkat negara.
Untuk itu mari kita coba kenali “Tujuh Kebiasaan Baik Anak Indonesia Hebat” itu. Pertama, pembiasaan bangun pagi. Bangun pagi menjadi salah satu kunci sukses seseorang dalam menata dan mempersiapkan menghadapi hari yang lebih baik. Kesiangan adalah awal kegagalan seseorang. Bagaimana bisa demikian, anak yang tidak disiplin bangun pagi menjadi indikiasi yang memang tidak disiplin tidur lebih awal, anak yang tidak punya perencanaan dalam mempersiapkan hari esok. Tentu kita tidak bisa menyalahkan anak sepenuhnya, karena ada andil dan peran orang sekitar yang memengaruhinya, seperti peran orang tua dan lingkungan sekelilingnya.
Membiasakan anak untuk bangun pagi membantu meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan waktu secara optimal. Kebiasaan ini juga menanamkan disiplin dan kesiapan memulai aktivitas harian dengan semangat.
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, tentu kita sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dengan sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” harus menjadi jati diri bangsa yang berbhineka tunggal ika, maka tentu semua anak bangsa harus memedomani itu semua.
Islam menganjurkan umatnya untuk bangun pagi, terutama untuk melaksanakan salat Subuh. Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah berkahilah umatku di waktu pagi mereka”. (HR. Abu Dawud).
Bangun pagi juga meningkatkan produktivitas dan disiplin, sesuai dengan prinsip Islam. Sehingga hal ini sangat berkorelasi erat dengan kebiasaan bangun pagi dalam program ini yang sejalan dengan nilai Islam untuk memulai hari dengan ibadah dan aktivitas positif. Pendidikan Islam menekankan pentingnya ibadah sebagai inti dari hubungan manusia dengan Allah SWT. Salat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya adalah cara mendidik kedisiplinan, ketundukan, dan keikhlasan. Sehingga kebiasaan beribadah dalam program ini mendukung pembentukan spiritualitas anak, yang merupakan fondasi utama pendidikan Islam.
Penulis meyakini bahwa dengan membiasakan diri bangun pagi, akan terbentuk karakter yang kuat prinsip disiplinnya dalam merencanakan dan menata masa depan menuju Indonesia Emas 2045.
Penulis Opini:
Asep Saepudin (Komisioner KPAD Kabupaten Bogor/Direktur PKGP3A Visi Nusantara Maju)