Visinews.net—Beberapa media menginformasikan kedekatan Sendy dengan Jokowi atau pihak istana, hanya klaim sepihak. Sementara itu, sejak nama Sendy mendeklarasikan dirinya untuk maju pada dalam Pilkada Kota Bogor menjadi calon Walikota Bogor. Sosok Sendy selalu disebut sebagai orang dekat Jokowi atau istana sehingga tentu saja hal itu muncul karena konteks perebutan kekuasaan pada Pilkada 2024 mendatang. Mungkin ketika Sendy tidak akan mencalonkan diri sebagai calon Walikota Bogor, klaim Sendy tidak akan terjadi. Dengan posisi Sendy sebagai sekretaris pribadinya ibu negara (Irana Jokowi), sudah hampir dipastikan mempunyai kedekatan baik dengan Jokowi maupun dengan istana. Karena salah satu tempat aktifitas ibu Iriana dan Jokowi adalah di Istana negara.
Begitupun dengan orang-orang istana, sedikit banyak dipastikan mempunyai kedekatan. Namun, kontekstualisasinya berbagai kedekatan-kedekatan tersebut dalam konteks profesi pekerjaan sendy, bukan dalam konteks apapun, terlebih dalam konteks kekuasaan. Sehingga walaupun Sendy merasa dekat dengan ibu negara Iriana, Presiden Jokowi dan beberapa orang istana belum tentu mendapat dukungan untuk menjadi calon Walikota Bogor pada Pilkada mendatang. Terlebih saat ini Sendy masih aktif menjadi sekretaris pribadi ibu negara yang mana bisa mempunyai waktu luang dalam mempersiapkan pencalonannya secara efektif dan produktif.
Sejak awal, saya termasuk orang yang meragukan dalam konteks kekuasaan Sendy, termasuk orang yang diendorse presiden Jokowi. Indikasi tersebut sudah terlihat minimal dalam 2 fenomena.
Pertama, permasalahan cafe miliknya. Beredar informasi di media sangat massif, bahwa cafe milik Sendy di Kota Bogor “digrebeg” satgas BLBI karena tradisi di negeri ini sering sekali kita mengenal istilah “backing”, sehingga rasanya hal tersebut tidak perlu terjadi, jika memang Sendy merasa dekat, terlebih diendors pencalonannya oleh presiden Jokowi.
Kedua, mengikuti penjaringan di DPC PDIP Kota Bogor. Kita semua tahu bahwa presiden Jokowi sedang tidak baik-baik saja hubungannya PDIP. Bahkan bisa dikatakan Jokowi sudah bukan kader PDIP lagi. Dalam kondisi seperti itu, mana mungkin Jokowi mengizinkan Sendy untuk mengikuti penjaringan di DPC PDIP Kota Bogor. Padahal kita sama-sama tahu Jokowi saat ini lebih dekat relasinya dengan Prabowo, partai Gerindra dan partai Golkar. Seharusnya Sendy bisa fokus untuk mendapatkan rekomendasi dari partai-partai tersebut, jika memang mendapatkan endorse dari Jokowi atau istana.
Namun, diluar semua kontekstalisasi itu, dalan eskalasi politik Kota Bogor menjelang Pilkada 2024 ini tentu tidak bisa dilepaskan dari potensi adanya rivalitas politik, sehingga kesalahan sedikitpun akan menjadi “amunisi” untuk mengganggu zona nyaman lawan politik.
Oleh karena itu, berbagai perilaku harus mampu dipertanggungjawabkan, supaya ketika dikonfirmasi kemanapun oleh pihak manapun akan clear.
Yusfitriadi (Pengamat Politik dan Kebijakan Publik)