Oleh : Dodi Partawijaya
Lingkaran hegemoni sebuah kekuasaan atau jabatan di lingkungan organisasi maupun pekerjaan terkadang menjadikan lingkaran oligarki kekuasaan yang mana nalar profesionalisme sebuah kebijakan menjadikan hal yang tabu untuk di perhitungkan, tak ayal para aktivis akar rumput akan menghadapi ketidak berdayaan dalam mengaktualisasikan diri dalam sebuah pengorbanan yang di musyawarahkan bersama
Menjadikan seorang penguasa bertindak semena-mena tanpa memikirkan lagi logika sederhana kebijakan sebuah kegiatan, dalih dalih ini harus di selesaikan tingkat atas dan yang mengendalikan tingkat atas, tanpa melihat sisi baik maupun buruknya kebijakan sepihak tanpa di dasari oleh hasil musyawarah bersama, tak ayal lagi fenomena seperti itu akan berpotensi menjadi abuse of power ketika seorang pemimpin tidak lagi mau mendengar, menghargai maupun menjaga wibawa seorang bawahannya, dan fenomena itu alan terus dan terus berulang menjadikan akar rumput semakin tenggelam seiring perkembangan zaman
Sementara oligarki kekuasaan semakin meraja lela tanpa mau dan peduli akan perkembangan dan kemajuan sebuah lembaga atau institusi yang mana nalar nalar yang di pelihara lebih kepada senioritas, kedekatan maupun sanak keluarga yang dipelihara
Tak ayal dari risalah, dua pemimpin mukmin adalah Sulaiman bin Dawud dan Zulkarnain. Sementara, pemimpin yang tak beriman ialah Bakhtanshar dan Namrud bin Kan’an.
Nama pemimpin nonmukmin yang terakhir dikenal diktator, otoriter, dan zalim. Bahkan, Namrud pun disebut-sebut sebagai tiran berdarah dingin dan tak segan menghukum siapa pun yang menolak tunduk terhadap perintahnya. Ia sosok yang ingin dipuja hingga ia memproklamasikan diri menjadi tuhan yang wajib disembah rakyatnya.
Kisah Namrud, tak terhenti pada kegelisahannya. Allah mengutus seorang malaikat untuk menemui Namrud dan mengajaknya beriman. Sekali, dua kali, ajakan tersebut ditolak. “Memangnya ada tuhan selain aku,” kata Namrud sesumbar.
Pada kali yang ketiga, ajakan malaikat itu pun mendapat respons tak sedap. Akhirnya, malaikat meminta agar Namrud mengumpulkan sejumlah warganya di pelataran istana. Permintaan itu dikabulkan.
Pada hari yang telah ditentukan Allah mengirim ribuan nyamuk atau sejenis serangga ganas menyerang mereka yang telah berkumpul di sana. Serangga itu memakan habis mereka dan hanya menyisakan tulang belulang. Si malaikat masih berdiri tegak, tak tersentuh serangan mematikan serangga-serangga itu.
Namrud mencoba meloloskan diri dan sembunyi di ruang khususnya. Serangga-serangga itu mengejar. Di persembunyiannya, ia berusaha mengusir nyamuk itu sekuat tenaga dengan memukul-mukulkan papan ke kepalanya.
Kondisi itu bertahan hingga 400 tahun lamanya. Ia pun meninggal dalam kondisi mengenaskan, bukan karena serangan tombak atau hujaman anak panah, melainkan sang diktator itu tewas akibat serangga kecil.
Kisah ini mengisyaratkan tentang kebesaran Tuhan. Allah berkuasa membalas keangkuhan manusia yang congkak dan menumbangkannya dengan perkara sepele, seperti kisah makar dan konspirasi Abrahah dengan pasukan gajahnya yang hendak menghancurkan Ka’bah.
Kedigdayaan pasukan gajahnya ditumpulkan dengan pasukan kecil berupa gerombolan burung ababil ataupun kisah tentang kematian Fir’aun yang mengaku tuhan. Penguasa Mesir itu meninggal tenggelam di Laut Merah.
Dan contoh penguasa diktator dunia yang di gulingkan seperti Husni Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karir politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Bantuan miliaran dolar AS berhasil didapatkannya dalam rangka menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi politik Islam. Namun, pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang menewaskan 850 orang.
Dalam bahasa lain Otoritarianisme adalah bentuk organisasi sosial yang ditandai oleh penyerahan kekuasaan, ini kontras dengan individualisme dan demokrasi. Dalam politik, suatu pemerintahan otoriter adalah satu di mana kekuasaan politik terkonsentrasi pada suatu pemimpin. Otoritarianisme biasa disebut juga sebagai paham politik otoriter, yaitu bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu, tanpa melihat derajat kebebasan individu.
Langkah-langkang krusial sangat perlu diimplementasikan secara simultan dan berjenjang dari unsur pimpinan tingkat atas maupun tingkat bawah, agar terjalinnya team work yang hebat di lingkungan kerja maupun organiasi, yang akan menjadikan lingkungan sehat dalam sebuah kemajuan dan perkembangan sebuah lembaga, baik itu internal maupun eksternal akan terlihat elegan, profesional dan mendewasakan semua, Seluruh komponen penggerak organisasi bergerak bersama, menyadari sepenuh hati bahwa kaderisasi adalah kunci dan ideologi harus diresapi pada relung kesadaran terdalam agar menjadikan tatanan lingkungan kerja maupun organisasi menjadi sehat dan di idamkan semua. Wallaahu’alam
Paseh, jumat 21 Pebruari 2020