Jakarta – Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan mengelar Malam Kemitraan sebagai puncak acara Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2021 di Jakarta, Jum’at (3/12).

Program KBKM ini menjadi salah satu program unggulan Kemendikbudristek untuk memajukan kebudayaan dengan mempertemukan kemajuan teknologi dengan budaya di tiap daerah. Tahun ini KBKM mengusung tema “Inovasi Desa untuk Pemajuan Kebudayaan”.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, KBKM 2021 menjadi semakin bermakna karena selain digelar di masa pandemi, para peserta membuat inovasi baru yang fokus mengembangkan potensi dan memecahkan persoalan di desa-desa. Sebab, selama ini banyak inspirasi dari desa yang belum tergali.

“Potensi teman-teman membuat saya yakin Indonesia akan unggul di panggung dunia,” ujar Nadiem dalam sambutannya di Malam Kemitraan KBKM 2021, Jumat (3/12/2021).

Menurutnya, penguasaan teknologi dan sains adalah hal yang sangat penting di era sekarang ini agar Indonesia dapat bertahan di perubahan yang cepat.

“Sains dan teknologi tanpa budaya tradisional tidak bisa memiliki nilai keunikan. Sedangkan budaya tanpa sains dan teknologi tidak bisa memberikan dampak besar khususnya di era digital saat ini,” kata Nadiem.

Oleh karena itu, lanjutnya, program KBKM yang membalut wawasan kebudayaan Nusantara dan perkembangan teknologi dapat menciptakan solusi kelanjutan tantangan yang dihadapi Indonesia. Selain itu KBKM juga sejalan dengan semangat Kongres Kebudayaan untuk membangun pusat inovasi yang mempertemukan kemajuan teknologi dengan warisan budaya di tiap daerah.

“Inisiatif teman-teman menjadi lebih kontekstual dengan situasi yang ril di lapangan. Ini tentunya sejalan dengan semangat Merdeka Belajar. Di mana kami ingin memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia untuk menjadi lebih relevan dengan kehidupan masyarakat, supaya semakin banyak anak muda yang berkontribusi untuk masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid menyebut KBKM 2021 sebagai acara luar biasa karena memberi ruang bagi peserta menggali berbagai ekspresi di tingkat lokal yang digabungkan dengan teknologi terkini, sehingga membawa kearifan lokal ke level berbeda.

“Saya bangga memperkenalkan mereka yang lolos ke tingkat Nasional setelah melalui proses yang cukup panjang dan berat. Kita berusaha mencari inspirasi dari desa yang merupakan lumbung pengetahuan,” ujar Hilmar.

Kerja Sama Peserta dengan Calon Mitra dari KBKM 2021

Setelah para peserta diberi pendampingan dan pelatihan dari Kemendikbudristek selama 2021, Hilmar berharap pada malam kemitraan KBKM, para calon mitra dapat melihat karya terbaik peserta dan bergabung `untuk mewujudkan proyek tepat guna yang sudah siap diesekusi.

“Ini menjadi kesempatan luar biasa untuk mempertemukan mereka yang sudah mengembangkan inovasi berbasis pengetahuan lokal dengan para calon mitra, yang saya sangat berharap bisa mendukung proyek inovasi yang sudah dikembangkan dengan sangat baik ini,” kata Hilmar.

Malam Kemitraan KBKM pada 3 Desember 2021 juga dihadiri oleh Tri Mumpuni, Anggota Dewan Pengarah Badan Riset Nasional (BRIN), kepala daerah dari setiap desa objek pengembangan ide peserta, serta CEO yang memiliki lingkup bisnis yang relevan dan pimpinan perguruan tinggi tempat peserta belajar.

Sebelumnya terdapat 2856 orang yang tergabung dalam 722 tim mengajukan ide dan gagasan untuk KBKM 2021.Setelah melalui tahap inkubasi dan pematangan karya yang didampingi oleh mentor profesional di tahap regional, 21 tim berhasil lolos ke tahap Nasional. Terdapat juga tim yang seluruh anggotanya adalah penyandang disabilitas tuli, sebagai bentuk komitmen KBKM untuk membentuk ekosistem budaya yang inklusif.

Dari 21 tim tersebut, pada Puncak KBKM 2021 terpilih dua tim pemenang yang sukses merebut hati juri atas inovasi dan gagasannya dalam berkontribusi untuk kebudayaan.

Mereka adalah tim “Sirel” yang membuat aplikasi scan relief candi, serta tim “Haminjon” yang membuat produk inovasi pewangi ruangan berbahan dasar rempah endemic Sumatera Utara, yaitu Kemenyan Toba.

“Motivasi dan tujuan kami tentu saja kami ingin mengembangkan aplikasi kami dengan tujuan untuk melakukan kebudayaan terutama di lokasi Candi. Mulai dari kegiatan pariwisata dan kegiatan belajar mengajar lokasi Candi,” kata Assajie.

Aplikasi Sirel ini, kata dia, memberikan sebuah sistem informasi yang dapat memudahkan seluruh kegiatan tersebut. Agar masyarakat dan siswa dapatmenikmati Candi tersebut dengan lebih mendalam hingga ke makna-maknanya.

“Kemudian kami juga memiliki tujuan untuk memajukan desa-desa di sekitar Candi. Masyarakat di sekitar yang hidup di sekitar lokasi Candi. Supaya masyarakat dapat memasarkan produk-produknya seperti atraksi atau wisata yang ada di lokasi Candi mulai dari kuliner dan kegiatan-kegiatan seperti pembuatan batik dan Sendratari,” tambahnya.

 312 total views,  3 views today