Oleh : Alan Barok
Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis Muhammadiyah Jawa Barat
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2024 tidak hanya menjadi ajang kontestasi politik, tetapi juga menjadi forum penting untuk membahas masa depan perekonomian provinsi terbesar di Indonesia ini. Jawa Barat, dengan populasi lebih dari 48 juta jiwa, merupakan pusat industri manufaktur, agribisnis, dan pariwisata, yang berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Meskipun demikian, provinsi ini juga menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang kompleks, mulai dari ketimpangan wilayah, rendahnya produktivitas sektor informal, hingga permasalahan urbanisasi yang berkelanjutan.
Isu-isu ekonomi yang digaungkan oleh para calon gubernur-wakil gubernur dalam visi dan misinya menjadi sangat krusial untuk menentukan arah pembangunan Jawa Barat ke depan. Di tengah pembahasan ini, kelas menengah—yang telah menjadi motor penggerak konsumsi dan stabilitas ekonomi domestik—juga turut mendapat sorotan, terutama karena peran mereka yang kian strategis dalam perekonomian daerah dan nasional. Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan, dalam banyak kesempatan menekankan pentingnya menjaga daya beli dan meningkatkan produktivitas kelas menengah sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Disini kita akan memfokuskan pembahasan pada visi dan misi ekonomi dari masing-masing pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, serta keterkaitannya dengan tantangan-tantangan ekonomi, termasuk isu yang diangkat oleh Chatib Basri mengenai kelas menengah. Bagaimana para calon pemimpin Jawa Barat ini menawarkan solusi bagi berbagai permasalahan ekonomi yang ada? Dan lebih penting lagi, bagaimana mereka merancang kebijakan untuk memberdayakan kelas menengah yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi pijakan penting dalam memahami relevansi visi-misi mereka terhadap konteks ekonomi Jawa Barat saat ini.
Penjelasan
Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2024, visi dan misi ekonomi yang diusung oleh empat pasangan calon mencerminkan prioritas berbeda dalam menangani tantangan ekonomi di Jawa Barat. Semua pasangan mengakui pentingnya pembangunan ekonomi, tetapi pendekatan yang mereka tawarkan bervariasi. Untuk memahami lebih dalam dan mengkritisi setiap visi-misi, berikut adalah analisis singkat dan pertanyaan kritis terkait visi ekonomi setiap pasangan:
1. Acep Adang Ruhiyat & Gtalias Dini Nataria: Pasangan ini menekankan pembangunan ekonomi berbasis kemandirian lokal dan peningkatan produktivitas sektor masyarakat. Mereka berfokus pada ekonomi inklusif yang memberdayakan masyarakat pedesaan.
Pertanyaan Kritis:
1. Bagaimana strategi mereka untuk mengintegrasikan sektor informal dan pedesaan ke dalam ekonomi digital, yang semakin mendominasi pasar global?
2. Seberapa realistis program kemandirian ekonomi lokal ini dalam menghadapi arus globalisasi dan urbanisasi yang kian pesat?
Tantangan:
1. Kesenjangan pembangunan antara wilayah pedesaan dan perkotaan.
2. Akses terbatas bagi kelas menengah pedesaan terhadap teknologi dan pasar.
2. Jeje Wiradinata & Ronal Surapradja: Mereka berfokus pada pembangunan infrastruktur ekonomi dan kemandirian berbasis kreativitas. Dengan memperkuat infrastruktur, pasangan ini berharap dapat meningkatkan daya saing wilayah dalam menarik investasi dan mempromosikan ekonomi kreatif.
Pertanyaan Kritis:
1. Bagaimana mereka akan menyeimbangkan antara pembangunan infrastruktur yang cepat dan menjaga kelestarian lingkungan di Jawa Barat?
2. Dalam meningkatkan sektor ekonomi kreatif, bagaimana mereka memastikan bahwa pelaku usaha kelas menengah memiliki akses yang adil ke ekosistem ekonomi ini?
Tantangan:
1. Pembangunan infrastruktur yang tidak merusak sumber daya alam.
2. Meningkatkan akses kelas menengah terhadap industri kreatif dan teknologi.
3. Ahmad Syaikhu & Ilham Akbar Habibie: Fokus pasangan ini adalah pada pengembangan ekosistem investasi dan teknologi, yang mereka yakini dapat meningkatkan daya saing industri Jawa Barat. Teknologi menjadi kunci dalam menciptakan efisiensi dan membuka lapangan kerja baru.
Pertanyaan Kritis:
1. Bagaimana mereka akan mengatasi kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta kelas menengah yang kurang terampil dalam teknologi?
2. Apakah mereka memiliki rencana untuk meningkatkan keterampilan digital, terutama bagi kelas menengah yang bekerja di sektor informal?
Tantangan:
1. Kesenjangan digital antara kelas menengah kota dan desa.
2. Kesulitan dalam mengintegrasikan kelas menengah ke dalam ekonomi berbasis teknologi.
4. Dedi Mulyadi & Erwan Setiawan: Pasangan ini menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan diversifikasi ekonomi. Mereka berharap, dengan SDM yang berkualitas, Jawa Barat dapat bersaing lebih baik di masa depan.
Pertanyaan Kritis:
1. Bagaimana mereka akan meningkatkan akses pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri untuk kelas menengah di pedesaan?
2. Apakah mereka memiliki strategi konkret untuk mendiversifikasi ekonomi di sektor tradisional seperti pertanian dan manufaktur?
Tantangan:
1. Kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
2. Diversifikasi ekonomi yang lambat di sektor-sektor tradisional seperti pertanian.
Relevansi dengan Pandangan Chatib Basri
Pandangan Chatib Basri tentang kelas menengah sangat relevan dalam konteks ini. Kelas menengah tidak hanya menjadi motor penggerak konsumsi, tetapi juga memberikan stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. Namun, kelas menengah di Jawa Barat menghadapi tantangan, termasuk stagnasi pendapatan, ketimpangan digital, dan akses terbatas ke pendidikan berkualitas.
Pertanyaan Kritis:
1. Bagaimana para calon gubernur dapat meningkatkan daya beli dan produktivitas kelas menengah di Jawa Barat, terutama yang terlibat di sektor informal?
2. Apakah visi dan misi mereka cukup kuat untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi kelas menengah?
Tantangan Ekonomi di Jawa Barat
Beberapa tantangan utama yang harus diatasi oleh para calon pemimpin Jawa Barat dalam memberdayakan kelas menengah adalah:
1. Ketimpangan wilayah: Pembangunan yang tidak merata antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih menjadi isu krusial.
2. Urbanisasi dan pengangguran: Perkotaan yang berkembang pesat sering kali tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai, menyebabkan peningkatan pengangguran di kawasan perkotaan.
3. Sektor informal yang dominan: Banyak kelas menengah masih tergantung pada sektor informal dengan produktivitas yang rendah, menghambat mereka dari peningkatan ekonomi.
Kelas menengah yang produktif dan memiliki daya beli kuat, sebagaimana ditekankan oleh Chatib Basri, merupakan kunci bagi stabilitas ekonomi Jawa Barat. Untuk itu, visi dan misi ekonomi dari setiap pasangan calon harus mampu memberikan solusi konkret dan berkelanjutan bagi pemberdayaan kelas menengah.
Kesimpulan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2024 menjadi momen penting dalam menentukan arah pembangunan ekonomi di provinsi yang memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Visi dan misi dari masing-masing pasangan calon gubernur-wakil gubernur menampilkan berbagai pendekatan dalam menghadapi tantangan ekonomi Jawa Barat, mulai dari pengembangan ekonomi inklusif, penguatan infrastruktur, hingga pemanfaatan teknologi dan peningkatan kualitas SDM.
Namun, terlepas dari perbedaan fokus setiap pasangan, salah satu isu sentral yang harus mereka tangani adalah pemberdayaan kelas menengah, sebagaimana diangkat oleh Chatib Basri. Kelas menengah memiliki peran vital dalam mendorong konsumsi, stabilitas ekonomi, dan pertumbuhan jangka panjang. Tantangan seperti ketimpangan wilayah, urbanisasi, stagnasi di sektor informal, serta kurangnya akses terhadap pendidikan dan keterampilan, perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai kesenjangan digital, integrasi sektor informal, serta upaya mendiversifikasi ekonomi menjadi relevan dalam mengukur keberhasilan visi-misi para calon gubernur dalam memajukan ekonomi Jawa Barat. Selain itu, peningkatan daya beli dan produktivitas kelas menengah menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pemimpin yang terpilih harus memiliki strategi konkret dan terukur dalam memberdayakan kelas menengah dan menyelesaikan permasalahan ekonomi yang kompleks.
Pada akhirnya, keberhasilan pembangunan ekonomi Jawa Barat akan sangat tergantung pada kemampuan para pemimpin baru untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan inklusif, berkelanjutan, dan memberdayakan semua lapisan masyarakat, terutama kelas menengah, sebagai motor penggerak utama ekonomi di masa depan.