Oleh:
Ade Nur Cahya
“Tadinya Setannya ada di Pak Dokter, Sekarang setan-nya pindah ke Nyai”. Ar-Fachrudin dalam bukunya “
“Ruh Muhammadiyah” menggambarkan ketika Kyai Dahlan dilarang dokter dan istrinya untuk pergi keluar menjalankan dakwah karena kondisi kesehatannya yang sangat menurun, cuaca hari itu pun sedang hujan deras.
100 Tahun yang lalu, tepatnya hari Jumat 23 Februari 1923, sang Kyai revolusioner Islam dipanggil yang maha kuasa, hari-hari nya di habiskan untuk memikirkan dan berkontribusi untuk ummat sampai akhir hayatnya ketika kondii kesehatannya sedang turun sekali.
Atas dedikasi nya dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
Kyai Dahlan bukan orang biasa di Republik ini, sampai sang proklamator kita Ir Soekarno dalam Muktamar Muhammadiyah 1962 di Jakarta mengatakan mengintill (mengikuti) Kyai Dahlan berceramah di mana-mana.
Kyai Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang telah menggariskan perjuangannya sebagai gerakan Islam melalui Jalur pendidikan, beliau sangat memahami dengan pendidikanlah Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan.
Dari gagasan sang Kyai kini Muhammadiyah 1500 lebih lembaga pendidikan dari mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Ide pembaharuan Kyai Dahlan menembus segala zaman yang berubah silih berganti, beliau berhasil mengakhiri dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama di Indonesia.
Pemikiran Kyai Dahlan juga mengakar ke ranah politik, ekonomi, sosial, dan budaya hingga menjadi awal kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya perubahan-perubahan agar kehidupan menjadi lebih baik dan bermartabat.
Kyai Dahlan berhasil memberikan kesadaran ummat Islam di Indoensia tentang pentingnya menyelaraskan ilmu-ilmu modern dengan fundamen ajaran Islam yang kuat, Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan telah menawarkan jembatan untuk memperlancar transformasi sosial menuju masyarakat kota yang lebih modern. Ahmad Dahlan tampaknya memang menggagas Muhammadiyah untuk mencapai cita-cita semacam itu.
Pemikiran dan perjuangan kyai Dahlan lahir dari pengamatan realitas kehidupan masyarakat atau kondisi sosial, politik, ekonomi, pada masa itu dan termanifestasi oleh Muhammadiyah yang memiliki peran penting terhadap segala dinamika zaman di dalam sebuah bangsa, hingga beliau mendapat julukan sang pencerah.
Untuk para kader Muhammadiyah, mari kita jadikan 1 abad wafatnya Kyai Dahlan sebagai refleksi kita untuk merenungi pemikiran dan gagasan beliau tentang Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar.