Oleh: Asep Saepudin (Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat)
Tidak diragukan lagi, bahwa sholat tarawih adalah suatu amalan sunnah bagi kaum muslimin yang dilakukan di malam hari Bulan Ramadhan.
Sholat ini dilaksanakan pada setiap malam sehabis isya sampai jelang makan sahur.
Sholat ini hukumnya sunnah, yang apabila dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan akan merugi, karena kehilangan pahala keutamaan dari amalan tersebut.
Diantara keutamaan dari amalan sholat tarawih adalah mendapatkan pengampunan dosa yang telah lalu.
Sebagaimana yang dijelaskan melalui hadits berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melakukan shalat di bulan Ramadhan karena dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, pasti diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 759].
Maka berdasarkan tinjauan syariah, amalan ini adalah sebuah ibadah. Sehingga mengamalkannya pun harus sesuai tuntunan syariah.
Menurut kaidah ushul fiqih, hukum asal ibadah adalah haram, kecuali ada dalil perintah. Sehingga, berdasarkan uraian tersebut, sangat penting bagi umat Islam agar selalu memerhatikan dasar perintah dan tuntunan syariahnya dari setiap amalan yang dikerjakannya.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
Dengan demikian, orientasi ibadah kita bukan sekedar asal ikhlas dan banyaknya, tetapi seberapa berkualitas nilai ibadah tersebut. Ukuran kualitas tentu adalah atas dorongan keimanan yang disertai dengan wawasan keilmuan yang mendalam. Sehingga amalan tersebut benar-benar menjiwai pada dirinya, bukan atas dasar ikut-ikutan belaka.
Sholat yang dilakukan harus tertib sesuai syarat dan rukunnya, bukan mengejar banyak dan cepatnya. Sehingga orientasinya pun bukan asal sholat, asal banyak bilangan rakaatnya dan bukan pula asal cepat selesai.
Ini bukan hiburan dan tontonan yang mengejar popularitas untuk mendapatkan predikat sholat tercepat dengan banyak rakaat.
Jangan sampai ibadah yang kita lakukan menjadi bahan tontonan dan hiburan, sehingga mengundang gelak tawa dan riuh tepuk tangan penonton.
Ini sholat, bukan adat.