Minggu, 15/09/19. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bogor melahirkan instruktur se-Indonesia dengan tema “Menumbuhkan Ghirah Perkaderan Dalam Upaya Tercipatanya Insan yang Unggul dan Berkompetensi.”
Instruktur merupakan ruh perjuangan IMM yang dilahirkan melalui perkaderan formal yang sifatnya berjenjang meliputi Latihan Instruktur Dasar (LID), Latihan Instruktur Madya (LIM), Latihan Instruktur Paripurna (LIP). Tingkatan dasar, menengah sampai paripurna, masing-masing mempunyai tupoksinya. Pada kesempatan kali ini, ada 30 peserta kader IMM dari berbagai daerah mulai Jakarta sampai Palembang yang mengikuti perkaderan.
Ketua umum Pimpinan Cabang IMM Bogor, Arfiano mengatakan, “sepakat bahwa instruktur adalah rahimnya kaderisasi, sehingga kuantitas dan kualitasnya kader IMM bergantung pada penggemblengan kaderasasi Instruktur, baik secara formal maupun non-formal yang menyangkut pada militansinya kader”.
Pedoman Instruktur adalah Sistem Perkaderan Rasulullah (SPR), Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM), dan Sistem Perkaderan Ikatan (SPI). Seluruh pedoman tersebut dilengkapi dengan materi-materi pendukung yang dibutuhkan seperti micro teaching, psikologi kader dan desain perkaderan.
Dengan Sistem Perkaderan Rasulullah, IMM sepakat untuk menjadikan instruktur sebagai rahimnya kader. Dalam hal ini, instruktur harus paham mengenai perkaderan yang dilakukan oleh Rasulullah agar instruktur IMM pada akhirnya bisa terinsipirasi untuk melakukan hal yang sama. Untuk Sistem Perkaderan Muhammadiyah, disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan zaman. Sedangkan pada Sistem Perkaderan Ikatan merujuk pada sistem Perkaderan Rasulullah dan Muhammadiyah yang diinternalisasikan pada perilaku atau sikap hidup mahasiswa yang merupakan kelompok intelektual di tengah kehidupan sosial masyarakat.
Rofhiatul Aisy sebagai Instruktur Nasional mengungkapkan, “Sistem Perkaderan Ikatan bukan produk kaku. Sewaktu-waktu bisa terus berubah sesuai kebutuhan dan tantangan zaman. Dengan lahir kembalinya para instruktur, merupakan sebuah upaya untuk menafsirkan zaman yang setiap problematikanya harus direspon dengan tepat. Sehingga SPI ini bisa terus relevan dengan mewujudkan kader IMM yang berkualitas.” Aisy juga berharap setelah pelatihan selesai, para peserta mampu mengimplementasikan kelimuan dan keterampilan keorganisasiannya ke daerah masing-masing dan menggalakan perkaderan dengan hasil yang jauh lebih baik.
Setelah penggemblengan peserta instruktur 11-15 september 2019 selesai, Pimpinan Cabang IMM mengajak seluruh peserta dan panitia melakukan perjalanan edukatif ke museum kepresidenan. Tujuannya adalah untuk membangkitkan nasionalisme kader IMM di tengah kondisi Indonesia yang membutuhkan generasi muda yang berkualitas dan mampu menerjemahkan diskursus perjuangan kader mengisi kemerdekaan Indonesia dengan lebih banyak kerja dan karya.