Jakarta, Visinews.net – Harapan Pemuda Indonesia bersama Interstudi STIKOM, Distrik Berisik dan SMK Bakti Idhata menggelar kegiatan Talkshow dan Bedah Buku, Gen Z Buka Mata: “Kisah di Balik Liputan Istana”, pada Senin (22/7/2024).
Kegiatan ini dilaksanakan di SMK Bakti Idhata, di kawasan Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Dalam paparannya, Founder Harapan Pemuda Indonesia, Laila Nihayati menyatakan, upaya mempersiapkan Indonesia Emas 2045, membutuhkan SDM (sumber daya manusia) unggul yang mumpuni.
Untuk mewujudkannya, diperlukan upaya kolektif melalui kolaborasi antarsektor. “Konsep kolaborasi ini menjadi landasan penting dalam mempercepat pembangunan SDM. Dengan menyatukan kekuatan dan sumber daya dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan talenta muda Indonesia,” ujar Laila. “Melalui implementasi kelas mata kuliah Project learning in communications and business inovation, saya berharap mahasiswa paham secara utuh antara teori dan praktik, terkait kerja nyata yang menjadikan bekal mereka menghadapi dunia kerja kemudian setelah lulus dari bangku kuliah,” imbuh Laila yang juga Dosen Interstudi STIKOM.
Hadir dalam kegiatan ini, dua penyusun buku “Kisah di Balik Liputan Istana” yaitu Tingka Adiati dan Irsyad Hadi, serta Rian Fahardhi, selaku pegiat media sosial yang fokus pada Generasi Z.
Tingka Adiati yang tampil pertama mengatakan banyak sekali tantangan yang dihadapi ketika melakukan liputan di istana. “Yang jelas, sebagai seorang jurnalis, kita harus memperlakukan semua orang adalah sama, setara atau egaliter,” ujar mantan jurnalis Indosiar ini. Menurut Tingka, sebagai seorang jurnalis, kita biasa bertemu dengan banyak orang dari berbagai kalangan.
Artinya, ya biasa saja ketika kita ketemu presiden, menteri, tukang becak, bertemu orang yang cakep atau jelek,” imbuh Tingka.
Sementara itu, menurut Irsyad Hadi, liputan di istana adalah hal yang istimewa.
“Mengapa istimewa, karena di istana, banyak keputusan penting yang diputuskan. Wartawan tahu lebih dulu, sebelum masyarakat lain tahu,” jelas Irsyad.
Namun karena istimewa itulah, tidak boleh ada kesalahan, sekecil apapun.
“Tantangan kita adalah tidak boleh salah, jadi kita harus lebih hati-hati dan teliti.” Tambah Irsyad yang kini menekuni usaha Kehumasan.
Baik Tingka maupun Irsyad kemudian berbagi banyak kisah terkait apa yang terjadi selama liputan di istana presiden, dari era Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
Misalnya tentang pakaian yang harus rapi dan berdasi bagi wartawan laki-laki serta keharusan mengenakan rok bagi wartawan perempuan di era Presiden Soeharto. Atau suasana yang lebih santai di era Presiden Gus Dur.
“Saya ingin kebiasaan membaca, bisa terus dilakukan Gen Z, daripada main gadget atau buka media sosial, main game,” tegas Irsyad.
Sementara itu di sesi kedua, tampil Rian Fahardhi, seorang pegiat media sosial yang fokus pada Generasi Z.
Sebagai pegiat media sosial, yang juga dikenal sebagai Presiden Gen Z.
Rian menyampaikan “Bermimpilah setinggi langit, karna kita ini bukan paket jadi tapi paket potensi, jadi jangan takut bermimpi, pilihlah mimpi termahal, karna mimpi itu gratis, serta cari apa yg kita cintai, lakukan apa yang kita cintai, dan cintai apa yang kita lakukan.”
Menjadi motivasi yang pastinya menggugah peserta untuk terus semangat meningkatkan potensi diri.