Visinews.net—Tajuk besar momentum hari Jadi Bogor ‘Babarengan Akur, Makmur’ merupakan bentuk refleksi untuk senantiasa membangun harmonisasi yang lebih berkeadaban. Kata ‘Babarengan’ di ambil dari Bahasa sunda yang artinya bersama-sama, kemudian ‘Akur’ artinya cocok, bersatu hati tanpa ada perselisihan apapun. Jika di artikulasikan secara komprehensif tajuk besar hari jadi Bogor merupakan gagasan dan harapan kolektif masyarakat Bogor yang perlu di aktualisasikan melalui berbagai segmentasi, seperti masyarakat, kebijakan publik, sosial, maupun politik.
Proses dan perjalanan panjang menginjak ke-542 tahun hari jadi Bogor, tentu bukan lah angka yang sedikit dalam nomenklatur usia daerah kabupaten/kota. Usia yang terus berlanjut membutikan bahwa Bogor perlu senantiasa terus membawa dampak yang baik untuk masyarakat, melalui torehan-torehan berbagai stakeholder, seperti pemerintah daerah, pemerintah kota, mahasiswa, kaum muda dan seluruh masyarakat sekabupaten/kota.
Bogor yang biasa di sapa ‘bumi tegar beriman’ ini, tentu menjadi pusat perhatian berbagai kalangan karena hari jadi yang tidak lagi ‘muda’ dan menjadi daerah yang paling dingin dan sejuk karena panaroma yang masih ‘asri’ bebas dari polusi udara di sebabkan oleh pohon-pohon yang menjalar di setiap sudut-sudut kabupaten/kota Bogor.
Kemudian, dalam membumikan tajuk besar hari jadi Bogor, perlu mengedepankan sinergitas dalam konteks membangun Bogor yang lebih berkeadaban, akur dan Makmur. Karena membangun Bogor yang lebih harmonis dan akur perlu menciptakan gerakan sosial yang nyata dan berkelanjutan (Sustanable) tidak hanya sekedar agenda-agenda kewajiban, ritual dan ceremonial saja.
Setiap tanggal 3 Juni di peringati sebagai hari jadi Bogor, namun kemudian jarang sekali pemerintah daerah atau kota Bogor menggalakan Langkah-langkah starategis untuk Pembangunan Bogor yang lebih berkeadaban, karena banyak evaluasi dari mulai hal-hal kecil yang terkadang mulai sedikit dilupakan seperti wacana pemekaran di kabupaten Bogor, jam oprasional truk tambang yang hari ini masih melakukan aktifitas diluar dari pada waktu yang sudah di tentukan oleh dinas perhubungan dan masih banyak persoalan yang kemudian perlu di selesaikan oleh pihak-pihak terkait.
542 tahun hanyalah angka yang tidak memiliki tanda perjuangan jika seluruh elemen kabupaten/kota Bogor tidak bergerak dan ambil peran untuk mengisi pos-pos perubahan. Maka, mari sama-sama menjadikan 542 tahun Bogor sebagai bentuk refleksi dan evaluasi besar untuk menjemput sinergitas yang masif untuk tata kelola kabupaten/kota Bogor yang lebih akur dan Makmur. Seperti apa yang di sematkan dalam Icon tugu kujang Bogor yang menyampaikan pesan moral yang perlu di bumikan dalam benak masyarakat kabupaten/kota Bogor “Dinu kiwari ngancik nu Bihari seuja ayeuna sameuereun” yang mempunyai arti “apa yang dilakukan hari ini dan esok harus lebih baik dari hari sebelumnya. Bogor berhak Indah dan Lestari!
Oleh : Chikal Akmalul Fauzi