Oleh:
Heni Rustiani, M.Pd.
(Komisioner KPAD Kabupaten Bogor Bidang Pendidikan)
Hari Pendidikan Nasional 2021 adalah kali kedua peringatan Hardiknas di masa pandemi setelah sebelumnya diperingati pada awal pandemi tahun lalu.
Kita semua menyadari bahwa dunia pendidikan sedang dalam masa ‘tidak baik-baik saja’ bahkan boleh dikatakan mengalami masa kemunduran seiring terjadinya pandemic virus covid-19. Kegiatan belajar mengajar secara daring yang dirasa jauh dari kata efektif, kegiatan penilaian kinerja guru di sekolah yang juga dirasa kurang terpantau dengan baik, kegiatan ujian akhir baik itu akhir semester maupun akhir tahun yang diragukan sebagai representasi kemampuan belajar siswa, hingga permasalahan bahwa banyak siswa yang memilih untuk berhenti sekolah dan bekerja bahkan di akhir jenjangnya hanya karena kebutuhan ekonomi yang mendesak di tengah situasi tidak menentu ini.
Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagaimana nasib bangsa kita ke depannya jika kegiatan mencetak generasi bangsa terhambat dan mengalami berbagai masalah yang kompleks dalam satu tahun terakhir ini. Belum lagi tantangan yang diterima para pelajar yang dalam kondisi ‘tdak kemana-mana’ mengalami perlakuan buruk di lingkungannya bahkan dari orang-orang terdekatnya, kasus kekerasan pada anak meningkat, kasus inses yaitu pemaksaan seksual dari orang terdekat meningkat, kasus pekerja anak meningkat bahkan kriminalisasi yang dilakukan oleh anak dan kasus anak berhadapan dengan hukum melonjak drastis.
Hal yang tidak kalah mengkhawatirkan banyak anak yang mengalami kecanduan gadget dan game online, bagaikan buah simalakama bagi orangtua murid yang awalnya ingin menjauhkan pengaruh gadget dari anak-anaknya malah seolah menjadi wajib mendekatkan bahkan membelikan gadget tersebut demi kelancaran sang anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran daring itu. Kurangnya pengetahuan dan pengawasan dari keluarga akan penggunaan gadget lagi-lagi menjadikan anak-anak sebagai korbannya dari berbagai pengaruh buruk yang tersebar bebas di benda pipih tersebut.
Keprihatinan ini menguat tatkala masyarakat terutama para pendidik menyadari bahwa kegiatan pembelajaran daring seolah menghilangkan kegiatan penguatan pendidikan karakter (PPK) pada siswa yang biasanya terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Dengan kegiatan pembelajaran daring sangat sulit mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter pada siswa mengingat guru dan siswa tidak bertemu secara langsung.
Bagi para pendidik di sekolah dan keluarga di rumah tentunya hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk kemudian menjadi pesimis akan hasil akhir kegiatan pembelajaran yang diperoleh anak-anak kita di masa pandemi ini. Nilai agung bahwa pendidikan membimbing fitrah manusia kiranya harus selalu menjadi tujuan kita dan harus selalu berusaha kita diwujudkan. Momentum Bulan Ramadhan saat ini semoga memberikan berkah semangat untuk tidak berputus asa memberikan penguatan pendidikan karakter pada anak-anak mulai dari rumah dan mulai dari yang kita bisa. Pelaksanaan kegiatan pesantren Ramadhan yang menjadi agenda rutin sekolah dan tahun ini jatuh pada pekan ini sesuai kalender pendidikan sebaiknya tetap dilaksanakan walaupun secara daring dan di tengah segala ketebatasan sehingga anak-anak diharapkan tetap mendapatkan charging penguatan nilai-nilai baik di bulan penuh rahmat ini.
Semoga semangat Hardiknas menjadi momentum menghidupkan kembali pemikiran bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantoro bagi para pendidik, menambah semangat mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga tidak putus harapan akan hikmah besar untuk dunia pendidikan kita dibalik segala kesulitan ini.