Bogor, Visinews.net – Belum lama ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyerukan untuk membenci produk asing. Namun hal ini bertolakbelakang dengan rencana impor satu juta beras yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Menanggapi hal tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se- IPB menyatakan sikap secara tegas, Menolak recana tersebut.
Mereka menganggap rencana impor beras menjelang panen raya ini merupakan tanda nirsimpati pemerintah terhadap kondisi rakyat.
Ketua BEM KM IPB, Langit Biru mengatakan Seruan Presiden untuk membenci produk lokal nampaknya bertolakbelakang dengan wacana kebijakan yang ingin diterapkan.
” Kami di BEM KM IPB sudah mengkaji dan menyatakan bahwa wacana pemerintah dalam mengimpor beras di tengah masa panen raya padi saat ini tidak tepat. Jadi kami merilis pernyataan sikap, kajian, maupun rekomendasi kebijakan via Instagram BEM KM IPB untuk menolak wacana impor beras oleh pemerintah,” Ucapnya Kepada Visinews. Net, Rabu (24/3/2021).
Senada dengan Langit, beberapa ketua BEM Fakultas di IPB juga menyatakan sikap yang sama. Berikut Sikap Penolakan Mereka yang juga ditayangkan di Instagram resmi BM KM IPB/@BEMKMIPB.
” Hal ini akan berdampak pada perekonomian petani kecil. Lantas apakah kebijakan ini hanya sebatas kebutuhan atau keterpaksaan?,” Ungkap Ketua BEM Faperta, Fauzan Ramdani.
” Apabila wacana ini terealisasikan, akan merugikan petani. Maka dari itu Batalkan Impor Beras,” tukas Ketua BEM FKH, Albarido Muhamad.
” Negara indonesia adalah negara agraris. Kaya akan industri dan pertanian. Dengan wacana impor beras, secara tidak sadar pemerintah sudah meragukan petani Indonesia untuk menghasilkan stok beras yang melimpah,” ucap Ketua BEM FPIK, Asmar Kalimashada.
” Menuju Panen Raya, Pemerintah justru merencanakan impor beras dengan alasan tak jelas. Padahal panen raya bisa menjadi moment untuk mengembalikan taraf hidup masyarakat. Namun dengan adanya wacana ini, justru menjadi bumerang bagi petani,” ujar Ketua BEM Fapet, Makka Ibnu Ahmed.
” Beras bukan hanya bahan makanan saja, tapi sudah menjadi jati diri dan budaya di Indonesia. Namun pemerintah justru berencana mengimpor beras lebih dari 1 juta ton. Padahal pada datanya, di Bulog masih ada stok 888.000 ton sebelum panen raya di april nanti. Jadi impor beras ini untuk siapa sebenarnya?,” Ungkap Ketua BEM Fateta, Reza Augusti.
” Bagaimana perasaan kalian ketika sudah melakukan usaha terbaik tapi malah dikhianati oleh kebijakan yang ada?. Itulah yang dirasakan petani jika wacana impor beras ini terealisasi,” Ungkap Ketua BEM FEM, Ummar Jiaul Haq.
” Saya meminta Pemerintah pusat membatalkan rencana impor beras ini karena sangat tidak masuk akal ditengah produksi beras yang diprediksi BPS akan meningkat sebesar 26% pada Kuartal I 2021, tentunya kebijakan ini akan melukai hati petani dan menjauhkan mereka dari kata kesejahteraan” Tukas Ketua BEM FEMA, Lulu Firdaus Haqiqi.
” Bukan sekedar Pro dan Kontra, namun masalah kesejahteraan petani Indonesia. Pemerintah yang transparan dan terbuka, itulah yang kami minta,” Ucap Ketua BEM SV, Adi M. Rafdi.
” Sebentar lagi panen raya, akan tetapi pemerintah mempertahankan wacana impor beras. Alasan yang dikemukakan masih belum jelas dan tidak ada transparansi. Hal tersebut berpotensi menikam petani kita apabila wacana impor beras ini tetap terlaksana. Apa ini yang dinamakan Cintai produk lokal?,” Ujar Ketua BEM SB, Mizan Lazuardi.