visinews – Terkait dengan batalnya pertemuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia dengan Presiden Joko Widodo belum lama ini, beberapa ketua BEM perguruan tinggi di Bogor Barat ikut merespon. Ini menurut mereka:
Ketua BEM IAIN Laa Roiba – Unih Wahidah
“Batalnya pertemuan BEM dan Pak Jokowi menurut saya hal yang wajar. Jika Pak Jokowi ingin mengobrol dengan mahasiswa, kami sangat senang sekali dengan syarat harus diliput dan tayang di stasiun tv nasional. Yang kedua, kami sangat menentang RKUHP yang direvisi dan akan segera di sahkan karena tidak sesuai dengan keadaan negara kita, membebaskan hak untuk bersuara dengan mengintimidasi suara para mahasiswa sebagai jembatan penyalur aspirasi masyarakat dan jika pak Presiden ingin mengundang mahasiswa aturannya buat acara terbuka sehingga masyarakat pun tau apa yang terjadi.
Sebenarnya saya juga kaget atas pembatalan ini. Tadi pagi saya baca instagram BEM SI, BEM akan menerima undangan pak Presiden jika di laksanakan secara terbuka dan di siarkan langsung oleh stasiun tv dan presiden menyikapi berbagai tuntutan mahasiswa yg tercantum dalam maklumat tuntaskan reformasi secara tegas dan tuntas. Selang beberapa waktu, BEM membatalkan undangan tersebut, setelah saya lihat di beberapa media ternyata bapak Presiden dan aparat pemerintahan tidak setuju dengan persyaratan mahasiswa tersebut, mungkin itu sih menurut saya”
Ketua BEM STKIP Muhammadiyah Bogor – Hendi
“Permasalahan bangsa tak kunjung selesai dari revisi UU KPK, revisi KUHP, karhutla, membuat mahasiswa geram bahkan ketika puncak dari tanggal 23-24 September 2019, mahasiswa menyuarakan seruan aksi namun tindakan represif pun terjadi oleh oknum polisi sampai ada korban jiwa. Hal ini makin saja membuat mahasiswa terpukul, jika ini sudah terjadi, siapa yang di salahkan?
Baru-baru ini Presiden Jokowi merespon hal itu sehingga mengundang BEM. Ada apa dengan ini semua? Melihat hal ini pun saya, Hendi Ketua BEM STKIP Muhammadiyah Bogor sepakat untuk menolak undangan terbuka dan mengecam segala bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap para aktivis mahasiswa serta mengusut tuntas oknum polisi yang bertindak secara represif.
Terkait pembahasan pertemuan Jokowi dengan BEM saya belum dapat informasi dan saya rasa yang dapat undangan pun itu hanya kampus-kampus bonafit dan elit”
Ketua BEM IUQI – Syuhada
“Ada dua poin yang saya ketahui, yang pertama mungkin kecewa undangan ini hanya untuk mahasiswa dan tidak mengundang elemen masyarakat. Yang kedua, demonstrasi ini adalah akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap DPR, berbagai permasalahan seperti karhutla, RUU yang bermasalah, serta perlakuan represif aparat terhadap mahasiswa. Untuk di Bogor ada grup yaitu BSB (BEM Se-Bogor). BSB ini juga sudah mengadakan konsolidasi, cuma ketika itu saya tidak mengikuti, karna masih menahan diri dulu”