Sepak terjang Indonesia dibabak baru harus begitu hati hati dalam memilih jalan. Seseorang harus mampu menavigasikan pertarungan ekonomi dan politik secara beriringan untuk melangkah di krisis demi krisis yang terjadi pada Kamis (21/7).
Ancaman resesi begitu banyak dikhawatirkan oleh berbagai pihak. Terutama Menteri keuangan sendiri dalam mengambil langkah upaya perekonomian stabil setelah dihantamnya dimasa pemulihan setalah pandemic.
Hal ini menjadi manajerial babak baru bagi Indonesia ditengah kemerosotan negara adidaya dan Uni Eropa yang masih Panjang dimasa konflik yang terjadi secara internasional. Sepak terjang dalam presidensi G20 yang terus didiplopmasikan diforum Konferensi Tingkat Tinggi dalam menangani berbagai konflik yang terjadi maka tujuan secara ekonomi pun ikut diperjuangkan secara aktif.
Dilansir lewat website kementrian luar negeri ada beberapa hal yang menjadi titik fokus untuk menstabilkan kemajuan ekonomi dan politik yang mendorong jalannya ke arah kemajuan sektor sektor tertentu yang menjadi kunci untuk memulihkan krisis multidimensional.
(1) Sektor Penguatan arsitektur kesehatan global
Berkaca dari pandemi yang saat ini masih berlangsung, arsitektur kesehatan global akan diperkuat. Tidak hanya untuk menanggulangi pandemi saat ini, namun juga untuk mempersiapkan dunia agar dapat memiliki daya tanggap dan kapasitas yang lebih baik dalam menghadapi krisis kesehatan lain ke depannya.
(2) Sektor Transformasi digital
Transformasi digital merupakan salah satu solusi utama dalam menggerakkan perekonomian di kala pandemi, dan telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.
Untuk itu, Presidensi Indonesia akan berfokus kepada peningkatan kemampuan digital (digital skills) dan literasi digital (digital literacy) guna memastikan transformasi digital yang inklusif dan dinikmati seluruh negara.
(3) Sektor Transisi energi
Guna memastikan masa depan yang berkelanjutan dan hijau dan menangani perubahan iklim secara nyata, Presidensi Indonesia mendorong transisi energi menuju energi baru dan terbarukan dengan mengedepankan keamanan energi, aksesibilitas dan keterjangkauan.
Dengan memfokuskan sektor tersebut hal ini menjadi penopang ekonomi utama dunia.
Berlandaskan prinsip inklusivitas, Presidensi Indonesia turut mengundang negara-negara tamu dan organisasi internasional (invitees) untuk turut berpartisipasi. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa inklusivitas ini adalah prioritas kepemimpinan Indonesia di G20, untuk mewujudkan “leave no one behind”.
Maju Bersama sama adalah menjadi semboyan penting. Namun pemecahan masalah tidak berhenti sampai dalam tiga sektor ini saja. Resesi Ekonomi Adidaya dan Uni Eropa telah merosot untuk jangka yang begitu panjang.
Pernyataan Markowska sebelumnya juga telah diutarakan Andrew Hunter, seorang ekonom senior di firma riset ekonomi makro independen Capital Economics. Hal ini juga didukung ekonom Harvard yang mengatakan bahwa peluang resesi masih kurang dari 50%. Sementara itu, ada pula yang menilai resesi AS akan mulai di paru kedua 2023. Di mana kondisi itu akan berlangsung lima kuartal.
Maka dengan hal ini, Indonesia harus terus mencari jalan keberuntungan di dua faktor ekonomi dan politik. Dua garis ini harus tetap ada dan tidak boleh dihilangkan satu dengan yang lainnya. Karena hal ini saling menopang dan mencari jalan untuk melewati masa krisis multidimensional ini.
Tetap terus berdiplomasi dan terus memanajerial negara dengan berbagai bentuk peraturan yang sehat dan masuk akal untuk mengembangkan perekonomian secara aktif dikancah internasional.
(dok.istimewa, Fakih Fadilah Muttaqin : Mahasiswa Pascasarjana Pengakajian Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)