Oleh :
Dodi Partawijaya
(Ketua PDPM Sumedang)
Asa tak selamanya bisa menjadi kenyataan. Terlebih asa itu datang di saat kader umat masih berada dalam ketidakberdayaan, baik secara moral maupun moril. Sangatlah wajar jika kader umat berkali-kali kecewa bahkan tersakiti saat menginginkan sebuah kemajuan dan pekembangan yang hakiki karena mungkin di dalam sebuah wadah organisasi itu tidaklah sama sudut pandangnya, berbeda beda tanpa mengedepankan khittah perjuangan yang sudah tertanam dari awal berdirinya sebuah organisasi hingga pada akhirnya suara mereka tidak didengar, malah diabaikan.
Atau bahkan suatu ketika mereka menginginkan keadilan atas persamaan hak dan kewajiban yang dipikulnya. Keadilan itu pun bertepuk sebelah tangan. Bahkan kader umat yang lurus, yang sedang berjuang untuk sebuah organisasi yang hakiki terkadang disebut sebagai biang keladi atau provokator. Ketika ingin memperjuangkan khittah atau marwah organisasi sebagai solusi atas masalah yang menimpa. Sungguh sebuah ironi perjuangan yang tak mudah untuk dilupakan!.
Namun, hal ini ternyata membuat nalar dan mata hati kita menjadi terbuka lebar dan mendorong berbagai paradigma yang ada, di tantang untuk adanya gelombang-gelombang intervensi untuk sebuah organisasi yang dicita-citakan bersama.
Kalau kita coba pahami dengan baik, ternyata berjuang itu bukan hanya untuk kepentingan orang lain. Sebenarnya manfaatnya akan kembali kepada diri sendiri. Seseorang yang merelakan hartanya untuk berjuang di jalan Allah SWT sebenarnya ia tengah menabung untuk dirinya. Karena Allah SWT. akan memberikannya kembali dengan tambahan yang lebih besar diakhirat nanti.
Allah SWT berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. alBaqarah:261).
Rasulullah saw. bersabda:
(مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ تَضَاعَفَتْ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. (رواه أحمد
“Barangsiapa menafkahkan sesuatu dijalan Allah maka akan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali lipat.” (HR. Ahmad)
Seseorang yang mengorbankan waktu, tenaga, fikiran, harta bahkan jiwanya dalam rangka menegakkan agama Allah SWT akan mendapat kemuliaan dan kebahagiaan dan juga kedudukan yang tinggi disisiNya.
Diantara kualitas hidup manusia di muka bumi ini sangat ditentukan oleh pengorbanan yang dilakukan kehidupan tanpa pengorbanan adalah kehidupan yang gersang, egois dan tidak banyak memberikan manfaat bagi orang di sekitarnya, bahkan cenderung menjadi tamak.
Pengorbanan yang tulus dari hati sanubari. Pengorbanan yang tidak pernah berhenti. Berkorban dengan segala yang kita miliki. Pengorbanan dengan senang hati karena hal itu muncul dari kesadaran diri.
Makna Pengorbanan dalam Islam merupakan pembuktian sejauh mana keimanan/keyakinan muslim itu kepada Allah SWT, sejauh mana kepatuhan pada perintah Allah SWT.
Kesediaan berkurban, bukti keimanan dan kepasrahan total seorang hamba terhadap Sang Khalik, kurban juga mengingatkan manusia, jalan menuju kebahagian menuntut pengorbanan, yakni berupa kesiapan total untuk menyerahkan dan mengorbankan segala ”milik” kita untuk Allah SWT semata, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadah penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am [6]: 162)
Pengorbanan menjadi puncak kepasrahan iman seorang hamba. Dimana keteguhan iman seseorang akan terlihat pada seberapa besar pengorbanan dan kepasrahan yang ia berikan, seberapa banyak ia memberi, seberapa banyak ia meneteskan keringat, dan puncak dari segalanya adalah menyerahkan harta dan apa yang ada pada diri kira sebagai persembahan total kepada Allah SWT. .
Makna yang juga bisa diambil dari pengorbanan adalah sejauh mana tingkat kepasrahan kita kepada Allah SWT dan sejauh mana tingkat ketaatan, kesabaran dan pengorbanan kita dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang sanggup dan senang berkorban dan berjuang untuk mentaati dan memperjuangkan semua perintah-Nya, menguatkan kita dalam meninggalkan semua larangan-Nya, dan menjadikan kita ridho dengan segala ketentuan-Nya.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan menolong kehidupan kita semua. Aamiin.
Sumedang, 13 februari 2020