Aliansi BEM Se Bogor menggelar unjuk rasa di Balai Kota Bogor, pada Jumat (4/12/2020).
BOGOR, VISINEWS.Net – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Se Bogor menggelar unjuk rasa di Balai Kota Bogor, pada Jumat (4/12/2020).
Salah satu koordinator Lapangan dalam aksi tersebut, Aldi menyebutkan ada 3 poin yang mereka persoalkan.
1. Menuntut Pemerintah Kota Bogor untuk mensosialisasikan dan mentransparansikan anggaran dana penanganan Covid-19 mulai dari PSBB pertama hingga PSBMK saat ini.
2. Mendesak Pemerintah Kota Bogor agar mempunyai program khusus untuk kesejahteraan buruh, tenaga pengajar, pelaku UMKM dan masyarakat Kota Bogor ditengah pandemi Covid-19.
3. Mengajak seluruh mahasiswa dan masyarakat Kota Bogor untuk memberikan kritik yang konstruktif agar terciptanya Pemerintah yang sehat dan mengedepankan kewajibannya serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Menurut dia, carut marut kinerja Pemkot Bogor dalam penanganan Covid-19 membuat mahasiswa tergerak secara sadar untuk memberikan kritik yang konstruktif.
Namun sangat disayangkan, dalam aksi ini Wali Kota Bogor tidak bisa memenuhi permintaan pihak BEM Se Bogor untuk bertemu secara terbuka.
” Kami dari BEM SE-BOGOR juga merasa kecewa dan menyayangkan sikap Walikota Bogor maupun wakil walikota Bogor yang tidak mau menemui masa aksi. Padahal kami hanya ingin berdialog dan membahas poin-poin rekomendasi yang kami bawa untuk kemudian ditinjau dan disepakati secara bersama-sama.” Ucap Aldi saat dihubungi Visinews.net, Sabtu (05/12/2020).
Dalam aksinya, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se Bogor ini melakukan longmarch dari McD Djuanda menuju Balai Kota Bogor.
Mereka membawa perangkat aksi seperti bendera, pengeras suara, poster, serta membentangkan spanduk dengan tagar #BogorJongkok.
Sempat terjadi adu mulut saat petugas meminta agar mahasiswa masuk ke halaman Balai Kota. Namun, para mahasiswa akhirnya bersedia masuk untuk melanjutkan aksinya. Meski, Mereka mengecam tindakan Represif yang dilakukan aparat.
“Awalnya aksi berjalan lancar, tapi kemudian aparat keamanan berlaku represif dengan mendorong-dorong masa aksi BEM SE-BOGOR. Kami merasa kecewa dan sangat menyayangkan tindakan aparatur negara yang dimana Massa Aksi didorong dan dipaksa masuk ke dalam Balaikota,” Tutur Aldi.
” Kami akan mengambil sikap dengan kembali melangsungkan aksi jika dalam waktu 5X24 jam tidak ada tanggapan dari pemerintah. Tentunya dengan jumlah masa aksi yang jauh lebih banyak. ” Tutupnya.