Kejayaan adalah puncak popularitas atau kesuksesan yang di nanti oleh sebuah peradaban. Perkembangan peradaban yang terjadi seharusnya tidak menghancurkan budaya dan sistem dari sebuah peradaban atau bangsa manapun. Meskipun akses budaya dan sistem dari sebuah peradaban lain terbuka luas. Namun, suatu bangsa harus mampu membangun dan mempertahankan budaya dan sistem yang telah dimiliki di masa lalu.
Sejarah islam sangat erat dengan Islam sebagai agama penuntun maupun petunjuk bagi umatnya, sehingga islam dalam sejarah memberikan arti penting, bahkan menentukan kehidupan manusia. Oleh karena itu, sejarah Islam sebenarnya berpangkal dan bersumber Al-Quran dan Hadist. Ini dikarenakan Din mempunyai arti mendalam yang lebih daripada hanya yang dapat dicakupkan dalam agama. Dengan demikian, pengertian sejarah peradaban Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam dari satu ke waktu, sejak lahirnya Islam sampai sekarang. H.A.R Gib didalam bukunya berjudul Whither Islam menyatakan, “Islam is indeed musch more than a system of theology, it is a complete civilization.” (islam sesungguhnya lebih dari sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna.). Bahkan Cendikiawan Muslim Indonesia Prof. Dr, Nurcholish Madjid, M.A, sering dijuluki Cak Nur didalam bukunya berjudul Islam Doktrin dan Peradaban menyatakan, “Peradaban terlahir dari Islam” yang artinya, ketika kita berbicara tentang sebuah peradaban dunia kita berbicara tentang Islam sebagai sebuah induk dari peradaban yang ada di dunia.
Pada tahun 2024, dunia Islam memperingati 100 tahun runtuhnya Kekhilafahan Utsmaniyah, salah satu institusi pemerintahan yang pernah menjadi simbol persatuan dan kekuasaan Umat Islam selama berabad-abad. Kekhilafahan Utsmaniyah resmi dihapuskan pada 3 Maret 1924 oleh Mustafa Kemal Ataturk, pemimpin revolusi Turki yang kemudian mendirikan Republik Turki. Momen ini menandai berakhirnya sistem pemerintahan Islam yang telah ada selama lebih 1.300 tahun.
Runtuhnya khilafah membawa dampak besar bagi Umat Islam di seluruh dunia. Beberapa dampak yang menjadikan Islam mengalami degradasi atau penurunan dari segala aspek adalah Fragmentasi Politik, Indentitas dan Persatuan Umat, Perkembangan Islamisme, dan Transformasi dan Budaya.
Kita sudah melewati hadist 100 tahun. Hadist itu bersumber dari Abu Hurairah RA yang meriwayatkan sabda Rasulullah sebagai berikut, “Sesungguhnya Allah mengutus kepada Umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang membawa pembaruhan untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka.” (HR Abu Daud)
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani, Adz Dzahabi, Ibnu Katsir, Al Nawai, Ibnu Atsir Al Jazri, dan As Saharanfuri menafsirkan ‘orang-orang’ menjadi kata yang bersifat umum, baik mencakup perseorangan atau kelompok.
Seratus tahun setelah runtuhnya Khilafah, Umat Islam masih merenungkan makna dan implikasi dari peristiwa ini. Beberapa melihatnya sebagai awal dari modernisasi dan pembaruhan, sementara yang lain menganggapnya sebagai kehilangan besar yang harus diperbaiki. Diskusi mengenai Khilafah dan relevansinya di dunia modern terus berlangsung di kalangan umat, akademisi, dan masyarakat umum.
Meski demikian, satu hal yang pasti adalah bahwa sejarah Khilafah meninggikan jejak yang mendalam dalam sejarah Islam dan dunia. Dalam peringatin 100 tahun tanpa Khilafah ini, penting bagi Umat Islam untuk memahami sejarah terssebut dan mengambil pelajaran darinya untuk menghadapi tantang zaman.